Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

May Day dan Hardiknas sebagai Alarm Penting

2 Mei 2019   16:17 Diperbarui: 2 Mei 2019   16:30 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ucapan Hardiknas. (Goodminds.com)

Ilustrasi Ucapan Hardiknas. (Goodminds.com)
Ilustrasi Ucapan Hardiknas. (Goodminds.com)

Lalu, bagaimana dengan peringatan Hardiknas?Peringatan hardiknas adalah simbolisasi terhadap bukti kebangkitan pendidikan di Indonesia dari masa pra-kemerdekaan menuju kemerdekaan dan diharapkan dapat berlangsung semakin baik ketika negara Indonesia ini sudah berdiri semakin kokoh.

Namun, benarkah pendidikan Indonesia sudah bagus?
Jika dikatakan membaik, pendidikan Indonesia bisa disebut demikian. Namun, jika dikatakan tidak lebih baik, hal ini juga bisa disebut demikian. Apa contohnya?

Contohnya, adalah pendidikan di Indonesia kala itu (zaman penjajahan maupun pasca kemerdekaan), pendidikan kita cukup setara dengan pendidikan yang ada di negara lain. Khususnya dengan Belanda---adanya lembaga pendidikan yang didirikan oleh Belanda di Indonesia menjadi faktornya. Bahkan secara regulasi/sistem pendidikan, konon kabarnya, Indonesia adalah role model bagi negara ASEAN ketika pasca kemerdekaan.

Memang, satu hal yang mengganjal di pendidikan Indonesia kala itu adalah keterbatasan akses. Yaitu, tidak semua masyarakat dapat mengenyam pendidikan. Sehingga, pendidikan masih menjadi suatu hal yang elit kala itu. Namun, secara sistem, pendidikan kala itu cukup diakui standarnya oleh negara-negara tetangga.

Lalu, bagaimana dengan sekarang?

Pendidikan Indonesia berkembang bahkan bisa disebut cukup pesat. Namun, kembali lagi pada pokok pembahasan ini. Yaitu, standar kebutuhan.
Standar kebutuhan kita tidak hanya berupa ekonomi, namun juga menyasar pada pendidikan. Ada korelasi absolut antara pendidikan dengan pekerjaan yang kemudian menghasilkan standar ekonomi yang variatif. Walau, ada pula yang menyatakan bahwa ekonomi tinggi tidak serta-merta berasal dari standar pendidikan yang tinggi pula---begitu juga dengan sebaliknya. Namun, hal itu berlaku pada individu-individu tertentu yang memang mampu berupaya keras untuk mencapai standar ekonomi sedemikian rupa meski tidak ditunjang dengan standar pendidikan yang mumpuni.

Kita tidak berbicara tentang 'belajar', namun kita berbicara soal standar kebutuhan yang kemudian menuntut manusia untuk selalu bergerak. Masyarakat bergerak dan itulah yang akan merubah keadaan di kehidupan manusia secara luas. Seperti saat ini.

Begitu pula yang terjadi di pendidikan. Bahkan pendidikan tinggi tidak hanya karena keharusan namun juga menjadi kebutuhan yang mengikuti standar hidup masyarakat. Ketika masyarakat ingin berada di capaian yang maksimal dan mengetahui bahwa pendidikan adalah salah satu syarat penting di sana, maka, pendidikan juga akan didorong untuk berubah mengikuti standar kebutuhan.

Standar kebutuhan siapa?
Negara.
Negara tidak hanya mengupayakan masyarakatnya untuk sejahtera namun juga mendorong masyarakatnya untuk dapat bersaing dengan masyarakat internasional, dan itu cukup menjadi alasan penting ketika dunia intelektualitas dikembangkan yang membuat standar kebutuhan terhadap pendidikan juga meningkat.

Dari sini kemudian, menghadirkan dampak, baik positif maupun negatif. Penilaian ini akan bergantung pada siapa yang melihat dan dengan pemikiran yang seperti apa melihat perihal tersebut. Khususnya dalam menilai pendidikan Indonesia. Apakah sudah lebih baik, lebih buruk, atau cukup---setara dengan standar kebutuhan saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun