Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

May Day dan Hardiknas sebagai Alarm Penting

2 Mei 2019   16:17 Diperbarui: 2 Mei 2019   16:30 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ucapan Hardiknas. (Goodminds.com)

Benarkah hari buruh diperingati hanya dengan aksi turun ke jalan? Adakah hal-hal yang lebih menarik dan cukup efektif dalam berpartisipasi 'melindungi' buruh? Benarkah, bahwa aksi penuntutan kesejahteraan buruh hanya dialamatkan kepada pihak pemberi kerja?

Ambil contoh, kita melihat di sekeliling kita. Teman-teman kita, saudara, keluarga, atau bahkan diri kita masing-masing.
Apakah ponsel yang dimiliki tetap sama dalam kurun waktu yang lama?

Jawabannya akan sangat variatif.

Ada yang menjawab bahwa ponselnya sudah dipakai selama 5-10 tahun. Karena, memang ponselnya memiliki kualitas terhadap daya tahan pakai yang bagus.

Ada pula yang menjawab, ponselnya bisa berganti-ganti tiap dua tahun sekali, setahun sekali, bahkan tiap tiga bulan sekali. Bahkan, ada pula yang ganti tiap ponselnya didapati sedang tidak sesuai lagi dengan kebutuhannya. Faktornya banyak. Ada yang karena daya tahan ponsel tidak lagi kuat untuk dipakai dalam kurun waktu lama. Ada pula yang karena standar kebutuhannya berbeda.

Lagi-lagi standar kebutuhan bisa menentukan tindakan kita dan ini kemudian jika dimiliki secara masif di kalangan masyarakat luas, maka, apa yang terjadi?

Ini juga akan berdampak pada permintaan pasar, dan permintaan pasar inilah yang akan memacu kinerja industri yang merupakan salah satu dari pihak pemberi kerja untuk mengembangkan produknya. Permintaan pasar ini pula yang kemudian mengarah pada instruksi dan peningkatan performa terhadap para buruhnya. Ada penaikan standar kerja yang berdasarkan pada perubahan standar kebutuhan.

Jika diurutkan, maka yang dapat kita lihat adalah masyarakat memiliki perubahan standar kebutuhan, lalu terjadi perubahan pada permintaan pasar, kemudian dipenuhi dengan penyediaan kebutuhan dari produsen yang kemudian merangkap sebagai pemberi kerja, dan terakhir adalah perubahan nasib buruh berdasarkan tingkat kerja yang dibutuhkan---yang juga semakin berubah.

Jadi, benarkah bahwa yang selalu harus dituntut atau didemo adalah para pemberi kerja bagi buruh-buruh tersebut?
Atau jangan-jangan, kita sendiri yang seharusnya didemo oleh para simpatisan buruh tersebut.

Inilah yang kemudian menjadi pertanyaan yang membayang bagi penulis ketika mendengar dan membaca kabar-kabar heroik dari para simpatisan yang bersemangat melakukan long march ke jalan-jalan guna menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib buruh, sekaligus memperingati hari buruh.

Di satu sisi, hal ini sungguh luar biasa. Namun, di sisi lainnya, kita perlu menggali kembali tentang esensi dari aksi yang kita lakukan dalam menyuarakan keadilan dan kesejahteraan. Jangan-jangan standar kehidupan di antara kita---di antara diri kita dengan teman kita---saja berbeda (ada yang tidak sejahtera).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun