Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kartu Kuning dan Kartu Merah untuk Kebebasan Berpendapat

9 April 2019   18:33 Diperbarui: 10 April 2019   10:41 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah yang menjadi sorotan bagi kita semua sebagai masyarakat umum. Bahwa, apa yang dilakukan Costa bisa saja kita lakukan. Hanya, perbedaannya pada bidang aksi kita yang mungkin berbeda dengan bidang Costa. Namun, sebenarnya, di manapun kita berada, kartu kuning dan kartu merah pasti ada. Artinya, pelanggaran itu juga pasti ada. Baik itu yang bersifat fisik maupun yang non-fisik. Salah satunya adalah pelanggaran verbal.

Dewasa ini, sudah tidak begitu mengagetkan bagi kita untuk dapat melihat banyak orang dapat mengungkapkan kata-kata seenak selera perut dan lebar jidatnya. Hal ini bisa terjadi karena kurang adanya kontrol. 

Embel-embel demokratis dan kebebasan berpendapat biasanya menjadi tameng bagi mereka yang sebenarnya tidak mampu membedakan mana suara yang tepat untuk mengudara, dan mana yang belum tepat untuk sampai ke telinga maupun mata kita (di media sosial). Termasuk pikiran kita.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi membuat banyak orang cukup kesulitan untuk dapat menangkap komunikasi dari lawan bicara, begitu pula dalam hal informasi. 

Terkadang kita masih kesulitan menerima validitas dari informasi tersebut. Itulah hasil dari adanya kebebasan bersuara yang semakin terwadahi. Namun, kebebasan itu juga pada akhirnya menjadi bumerang bagi kita juga. Artinya, kebebasan mengeluarkan suara juga pada akhirnya perlu aturan, dan aturan itu bukanlah suatu kekangan.

 Itu adalah kontrol dan penyaring, dan manusia masih sangat perlu itu. Jika tidak demikian, bagaimana nasib para pesepakbola yang akan mengeluarkan kata-kata buruk dan kemudian ini terdengar ke suporter apalagi di sana pasti terdapat pendukung tim yang masih di bawah umur---dan biasanya ada upaya imitasi bagi mereka untuk terlihat keren.

Maka, untuk meminimalisir adanya kelestarian tindakan yang negatif, tentu perlu adanya kontrol. Jika di sepakbola, melalui adanya kartu kuning dan kartu merah. Maka, di kehidupan kita, ada nilai-norma dan hukum. 

Kita perlu memahami keberadaan itu sebagai suatu hal yang positif, agar tindak-tanduk kita juga dapat terkontrol seperti para pesepakbola itu. Bahkan, bagi masyarakat umum yang cakupannya justru lebih luas dan fleksibel, tentu perlu adanya kontrol yang tepat---tidak hanya kuat.

Karena, dengan adanya kontrol, maka kita dapat disebut sebagai manusia yang manusiawi. Bukan manusia yang hanya bisa berteriak bahwa negaranya belum merdeka karena segala macam suaranya dicekal.

Mari, kita cross-check ke dalam suara kita masing-masing, apakah sudah 100% tepat (untuk menilai suatu hal) atau masih bersifat provokatif dan mengundang kebencian. Jika, sudah tepat, pencekalan pasti tidak akan terjadi. Namun, jika memang pendapat dan kritikannya hanya dipenuhi unsur kebencian, maka, tidak mengherankan jika kartu merah melayang ke arah kita.

Memang terkadang kita melihat peraturan yang dibuat terlalu berlebihan dan membatasi ruang eksplorasi kita sebagai manusia yang cerdas. Namun, terkadang eksplorasi itu juga bisa mengarah ke hal yang negatif. Apalagi jika hal itu diboncengi dengan emosional (kemarahan). Sama seperti mereka yang menjadi pesepakbola. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun