Kentang kerap kali menjadi istilah untuk menggambarkan sesuatu yang tanggung, namun berkonotasi negatif.
---
"Ah! Hapeku kentang!"
"Duh! Aplikasinya kentang!"
"Wadaw, sinyalnya kentang!"
...
Dewasa ini, kita sudah tidak lagi asing dalam melihat kreativitas putra-putri bangsa ini dalam mengotak-atik bahasa (daerah dan nasional) dan suku katanya. Termasuk istilah 'selow', 'woles', 'kuy', hingga kini viral tentang 'tuman', dan yang paling unik adalah penyebutan 'kentang'.
Baca juga : Gonta-ganti Istilah, Apakah PPKM Darurat akan Lebih Efektif?
Kentang di sini sebenarnya bukan merujuk pada salah satu kerabat singkong dan ubi jalar.
Melainkan, pada istilah yang digunakan untuk menyebutkan kekurangan dari suatu hal. Contohnya seperti yang sudah tertulis di awal artikel ini.
Entah, siapa yang memulai dalam menggunakan penyebutan ini. Namun, pastinya hal ini akan seperti 'tuman' yang sedang viral.
Padahal itu (tuman) hanyalah istilah yang diambil dari bahasa Jawa yang artinya kebiasaan. Namun, makin ke sini, orang-orang seringkali gampang heboh dengan hal-hal semacam itu. Ironis.
Ditambah pula dengan kreativitas dalam melakukan penyebutan dengan istilah-istilah tertentu. Salah satunya adalah 'kentang'.
Baca juga : Mengulik Istilah "Rambut Gondrong" dari Kacamata Alumni Gondrongers