Lalu, bagaimana di Chelsea?
Chelsea dengan manajer anyarnya, Maurizio Sarri, rupanya tidak kagok dalam menggunakan pemain yang berkarakter seperti Giroud. Memang, Higuain di Napoli lebih fleksibel seperti striker pada umumnya---yang uniknya pemain ini kini juga di Chelsea.Â
Begitu pula dengan Alvaro Morata yang 'normal'. Bisa mencari bola, menggiring bola, menendang bola, dan duel udara. Paket umum bagi striker. Namun, tidak dengan Giroud. Dia adalah striker murni yang sangat membutuhkan pola permainan kolektif dan suportif.
Artinya, Giroud akan berkembang pesat ketika dirinya mendapatkan dukungan maksimal dari pemain lainnya. Inilah yang menjadi alasan mengapa Giroud cenderung tenggelam ketika ada pemain yang bertipikal 'bintang'. Seperti Mbappe dan Griezmann di timnas Prancis, ataupun Eden Hazard di Chelsea.Â
Pemain-pemain ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sehingga acapkali mengabaikan peluang rekannya untuk mengeksekusi bola. Berbeda halnya ketika timnas Prancis masih ada pemain yang tidak egois seperti Dimitri Payet, Mesut Ozil di Arsenal, ataupun Willian dan Pedro di Chelsea. Maka, keberadaan Giroud akan dapat dimaksimalkan.
Hal ini dapat dilihat dengan torehan gol Giroud yang cukup banyak, 9 gol bersama The Blues di Europa League dan pastinya akan bertambah, mengingat Chelsea masih bertahan di kompetisi tersebut. Bahkan, di laga terbaru Chelsea (15/3), Giroud berhasil mencetak hattrick ke gawang Dynamo Kiev.Â
Sesuatu yang cukup jarang dilakukan Giroud, namun, hal ini bisa menjadi bukti jika Giroud tetaplah seorang striker---sesuatu yang diragukan oleh publik ketika melihat Giroud tak mampu mencetak satu gol pun di Piala Dunia lalu.
Kini, Giroud sedang berada dalam performa yang bagus. Itu juga tidak lepas dari kebijakan rotasi Sarri di lini depan (pasca keberadaan Gonzalo Higuain) yang membuat Giroud pastinya ingin menunjukkan kualitasnya secara maksimal.Â
Di Chelsea, Giroud mulai menambah sesuatu yang kurang terlihat saat berada di Arsenal. Yaitu, kerja keras mencari ruang, merebut bola, mengejar bola, dan spirit yang tetap 'meledak' ketika gagal mengeksekusi peluang.
Bersama Montpellier, Giroud sukses menarik perhatian Arsenal dengan Arsene Wenger yang selalu memantau perkembangan Ligue 1. Di Arsenal, Giroud mendapatkan filosofi bermain yang kuat. Hal ini menjadikan karakter bermainnya menjadi lebih solid.Â
Sedangkan di Chelsea, Giroud menjadi pemain yang berenergi tinggi, tidak mudah menyerah. Sesuatu yang menjadi sinyal pembuktian bahwa dia bisa berbuat banyak ketika tidak dianak-emaskan.
Di Arsenal, Giroud disayang. Begitu pula di timnas Prancis. Hal ini membuat Giroud kurang garang. Sedangkan di Chelsea, Giroud harus menghadapi ambisi untuk selalu juara---faktor Roman Abramovich---sehingga, tidak ada hal lain yang dapat dilakukan Giroud selain bekerja keras mencari peluang bermain. Inilah Olivier Giroud yang seharusnya, the Frenchian Scorpion Kicker!