Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mendoakan Ketajaman Marinus agar Tidak Cepat Pudar

24 Februari 2019   10:11 Diperbarui: 25 Februari 2019   15:09 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Marinus di laga melawan Kamboja (22/2). (bola.tempo.co)

Semoga, kompetensi Marinus tetap terjaga dan lebih baik lagi untuk dapat menjadi striker masa depan timnas senior. Kita juga patut menantikan kiprahnya di level klub yang tepat.

Artinya, klub yang memiliki pemain Papua ini haruslah mampu melatihkan sepakbola yang kompleks. Tidak hanya soal teknis, namun juga non teknis. Itu perlu.

Kita ambil contoh ke pemain yang kini sudah menjadi pemain senior. Yaitu, Titus Bonai. Mengapa pemain seperti Titus Bonai masih lebih baik dibandingkan Osvaldo Haay saat di level timnas yang sama?

Karena, Tibo sudah merasakan masa-masa berlatih bersama pelatih-pelatih berkarakter tinggi dan salah satunya seperti Jacksen F. Thiago di Persipura. Penting juga untuk dilihat bagaimana karakter pelatih asing saat melatih dengan pelatih lokal. Bukan soal kualitas melatih teknisnya. 

Kalau soal ini, sudah tentu variatif. Bahkan pelatih-pelatih lokal Indonesia juga sangat mumpuni, seperti Rahmad Darmawan, Nil Maizar (saat ini sudah menjadi politikus), ataupun Jajang Nurjaman.

Namun, ini soal nonteknis. Bagaimana ketika seorang pelatih menanggapi kesalahan bermain dari pemainnya. Apalagi jika itu disebabkan karena kesalahan diri dalam mengelola emosionalnya. Sehingga perlu adanya tindakan dari pelatih untuk upaya memperbaiki permainan dari pemain tersebut.

Tidak hanya dari teknisnya namun dari non-teknisnya. Inilah yang sepertinya kurang dilakukan oleh pelatih lokal pada umumnya.

Bersama dengan budaya baik dan pemaaf, maka, kesalahan seperti itu kurang diperhatikan. Sehingga pemain akan merasa bahwa itu bukan sesuatu yang penting.

Padahal, mengelola emosi itu penting. Semakin bagus pengelolaan emosi, maka, fokus dan pengembangan permainan akan berjalan sesuai target.

Bukan soal hasilnya harus menang, namun, berapa kartu kuning yang diterima tim. Ini perlu juga untuk diperhatikan. Agar komposisi pemain tidak terganjal karena akumulasi kartu ataupun hukuman larangan bermain. Hal ini yang kemudian membutuhkan seorang pelatih yang tidak hanya mengejar kemenangan dan skor besar.

Tapi, kompleksitas tubuh timnya. Artinya, pemainnya harus bermain dengan baik---meminimalisir kesalahan. Ketika terdapat kesalahan, maka kejar itu. Berikan arahan. Sehingga, si pemain tahu harus bagaimana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun