Di posisi duet bek tengah, penulis memilih duet gahar Kostas Manolas dan pemain yang sedang matang dan konsisten, yaitu Virgil van Dijk. Van Dijk saat ini merupakan salah seorang bek tangguh yang amat diperhitungkan untuk dapat mengisi tim impian di semua klub maupun di tim fantasi penikmat sepakbola dunia.Â
Kombinasi keduanya dapat diyakini akan menjadi duet palang pintu yang sangat tangguh. Karena, keduanya memiliki tipikal bertahan yang sama-sama tanpa kompromi dan sigap. Namun, berkat pengalamannya bermain di Liga Inggris, van Dijk lebih dapat dijadikan pengatur irama bertahan di tim.
Dua pemain bek sayap juga diisi oleh dua tipe yang menarik. Karena, keduanya berasal dari filosofi sepakbola yang berbeda namun gaya bertahan dan kemampuan membantu penyerangan di antara keduanya terbukti sama-sama baik di masing-masing sisi. Inilah alasan penulis menjatuhkan pilihan pada Walker dan Alex Telles.
Di lini tengah, the dream team ini diisi Emre Can sebagai gelandang bertahan. Mengapa? Bukankah masih banyak pemain gelandang bertahan yang berkualitas di antara 16 tim tersebut selain mantan pemain Liverpool itu? Sebut saja Wijnaldum (Liverpool), Fabinho (Liverpool), Fernandinho (City), Sergio Busquets (Barcelona), Steven N'Zonzi (AS Roma), atau mungkin destroyer ulung seperti Nemanja Matic (MU).
Pemilihan Can adalah berdasarkan pengalamannya berkompetisi di banyak liga. Jerman, Inggris, dan kini Italia adalah tiga wadah bermainnya dan di tiga liga tersebut, Can dapat bermain dengan cukup baik. Di Inggris, bersama Liverpool, Can dapat bermain sebagai gelandang bertahan, bek tengah, bek sayap, dan bahkan memiliki kemampuan untuk mendukung serangan tim.Â
Sehingga, Can dapat dinilai mampu mengisi lini tengah tim ini dengan modal pengalaman, gaya bermainnya yang tangguh, dan mampu memahami instruksi pelatih dengan baik.
Setelah Can, pilihan pemain tengah lainnya adalah Son Heung Min dan Lucas Vasquez di posisi sayap. Pemilihan ini lebih ke kualitas individu, kerja keras dan kemampuan mencari keputusan penting di saat harus dilakukan.Â
Misalnya, melakukan akselerasi individu dan menendang bola jarak jauh ke gawang lawan. Hal ini, dapat menjadi alternatif, ketika dua pemain di depan atau pemain lainnya gagal mendapatkan ruang bebas untuk mengeksekusi peluang. Selain itu, Son Heung Min saat ini sangat diandalkan oleh Spurs ketika Harry Kane absen karena cedera.Â
Pemain Korsel ini pun tak menyia-nyiakan kepercayaan Mauricio Pocchettino untuk mengisi starting line-up. Walau, ketika di Spurs, Son kadang kala lebih cocok disebut penyerang sayap daripada pemain tengah yang mengapit playmaker. Sedangkan, bagi Lucas Vasquez, posisi bukanlah permasalahan utama, karena pemain ini cukup dikenal dapat bermain di flank, dan berani berduel untuk menyerang maupun bertahan.
Di posisi gelandang serang atau dapat disebut juga sebagai playmaker, pilihan jatuh ke Marco Verratti. Pemain Italia yang merantau Prancis ini, masih dapat diperhitungkan sebagai salah satu pemain tengah yang kreatif dalam membantu penyerangan. Tanpanya, kinerja Neymar maupun Mbappe di PSG pasti akan cukup sulit. Karena, mereka akan benar-benar harus menjemput bola dari bawah.
Pemain yang sering dikait-kaitkan dengan Barcelona ini tentu sudah tak akan kagok untuk bermain dengan cara mendominasi lini tengah dan mampu menjalin kerja sama antar pemain dengan cepat dan akurat. Selain itu, pemain ini sudah pasti tak akan kesulitan untuk menjalin kerja sama dengan pemain kreatif lainnya, yaitu Lionel Messi.
Â
Betul. Lionel Messi ada di tim ini dan dipilih untuk mengisi lini depan berduet dengan penyerang tinggi besar, Robert Lewandowski. Mengapa pilihannya jatuh pada mereka berdua?