Jadi, apakah Ondel-ondel mau disamakan dengan para maskot---termasuk maskot brand smartphone yang bahkan bisa 'nge-dance'?
Kemudian, kita beralih pada istilah Lumut. Iya, lumut yang menempel di bebatuan atau batu-bata yang lembab. Itulah istilah yang mungkin tepat untuk disertakan pada Ondel-ondel. Mengapa?
Karena Ondel-ondel adalah bagian dari kesenian tradisional yang kemudian menjadi perantara budaya khas setempat---asal dari kemunculannya. Bisa jadi, bahwa maskot yang memiliki usia tua adalah Ondel-ondel. Hal ini selayaknya seperti lumut. Sebuah kehidupan yang lama dan dapat membuat alam menjadi terlihat seimbang. Bahwa unsur kehidupan di dunia ini ada alam yang mati (batu, gunung, air, udara, dan api) dan dapat menyatu dengan alam yang hidup (seperti flora-fauna), salah satunya adalah lumut.
 Lumut adalah bukti nyata dari adanya hasil pertemuan panas, dingin, hujan dan sengatan matahari yang membuat apapun di alam ini yang awalnya kering dan tergerus menjadi lembab dan menghasilkan kehidupan---muncul bunga yang tumbuh dari spora (contohnya bunga Sepatu). Selain itu, lumut tumbuh untuk membuat adanya pendauran kembali dari alam yang mati dan keras tersebut.
Lalu, siapa yang peduli jika lumut punah?
Belum ada.
Namun, puluhan ribu atau jutaan batang pohon yang tertebang setiap bulannya, membuat semua orang panik. Tapi hanya panik. Sedangkan, jika seandainya tak ada lumut, itu justru akan menjadi sangat berbahaya. Karena keseimbangan ekosistem pada alam tandanya sudah terganggu. Artinya, tak ada lagi perjumpaan antara dingin-panas, hujan-kemarau, dan bahkan mungkin siang-malam.
Tapi, kita tidak begitu menghiraukan lumut seperti sikap kita terhadap pohon, bunga dan semacamnya jika mereka punah.
Hal ini sedikit mirip dengan Ondel-ondel. Ketika, dia tidak pernah keluar dari panggung Betawinya, siapa yang peduli? Namun, ketika dia keluar dari panggungnya, semua langsung berbondong-bondong mengucapkan bela sungkawa terhadap mirisnya eksistensi seni-budaya yang mengharuskan mereka untuk dibawa ngamen.
Selayaknya lumut yang membaur di tanah, bebatuan, bahkan di dinding-dinding yang tak terawat, Ondel-ondel bisa jadi akan menjadi lebih menarik ketika dirinya berhasil menjadi maskot yang 'ramah' menyapa rakyat---melebur bersama maskot lainnya yang lebih muda darinya. Memang tak harus nge-dance dan guling-guling untuk mendapatkan perhatian dan tepuk tangan. Namun, dengan keberadaannya di jalanan, itu artinya ada upaya besar---walau beresiko---untuk dapat mempertahankan eksistensi.
Lalu, apakah harus ngamen?
Tentu tidak.