Di sinilah tantangan Honda akan lebih kompleks dibandingkan Yamaha yang baru kewalahan menghadapi bintang baru pada diri Jorge Lorenzo muda, sedangkan di sini Honda menghadapi kematangan Lorenzo dan bersama dengan pebalap mudanya yang sudah berhasil menjadi juara dunia lima kali (younger and full experiences).
Namun, ada keuntungan Honda kali ini dibandingkan Yamaha kala itu adalah Por Fuera (julukan Jorge Lorenzo) datang dengan kematangan dan kedewasaan. Dia telah berhasil mengatasi segala problematika dengan lebih tenang dibandingkan dirinya yang masih ekspresif saat dua musim pertamanya di Yamaha.Â
Artinya, akan ada hal yang berbeda pada apa yang dibawa Lorenzo kali ini saat harus menghadapi rekan duet yang sama-sama hebat sepertinya, dan itu tentu sudah diperhitungkan oleh pebalap pengoleksi tiga kali podium juara bersama Ducati di 2018---musim kedua sekaligus pamungkasnya bersama Ducati ini, saat memutuskan untuk bergabung dengan tim Satu Sayap ini.
Artinya, di sini ada kemungkinan bahwa Honda akan baik-baik saja. Konsistensi juga akan lebih baik lagi, karena secara tim, mereka tidak hanya akan bergantung pada Marquez untuk mendulang banyak poin konstruktor---suatu ketakutan yang benar-benar terjadi di 2018. Sekaligus membuat sebuah fakta bahwa tak ada tim lain yang memiliki duet maut yang berimbang seperti Honda.
Yamaha hanya memiliki pengalaman pada Rossi (konsisten namun performa/agresivitas menurun), dan masih menunggu konsistensi dan kematangan dari Maverick Vinales. Ducati yang pasti bakal 85% fokus pada Andrea Dovizioso, sedangkan Danilo Petrucci akan dijadikan sebagai pengganggu konsentrasi pebalap lain di lintasan.Â
Lalu, ada Suzuki kini bakal mencoba menumbuhkan pebalap tangguh pada diri Alex Rins yang mungkin akan dapat menjadi pesaing masa depan Marquez, bersama Vinales, duet KTM (Johann Zarco dan Pol Espargaro) dan pebalap Italia muda seperti Franco Morbidelli dan Francesco Bagnaia.
Artinya, tak ada tim yang benar-benar matang komposisi pebalapnya. Semua masih perlu mencoba dan mempelajari. Sedangkan di Honda---meski Lorenzo perlu adaptasi dan tak sebentar, mereka memiliki dua pebalap yang sudah sangat tahu apa yang akan dilakukan. Lorenzo sebagai pendatang pasti adaptasi adalah fokus utama, namun berangkat dari keberhasilannya menaklukkan Ducati di musim 2018 adalah bukti sahih bahwa dia bukan pebalap kemarin sore yang tidak 'mau' diberi 'hadiah' baru. Dia akan mencoba menggunakan pengalamannya dalam menaklukan Ducati untuk menaklukan Honda.
Sedangkan bagi Marc, konsentrasinya hanyalah menjaga konsistensi dalam menjaga peluang juara dunia lagi. Dia tak lagi berhadapan dengan dua pebalap hebat dari Ducati yang musim 2018 nyaris selalu berhasil membuat Marc takluk side by side. Jorge Lorenzo kini sudah ada di timnya, dan sedang masa adaptasi---walau tetap perlu diwaspadai.Â
Namun di kubu seberang, semua pebalapnya rata-rata masih berjuang sendiri-sendiri---tidak main keroyokan seperti Ducati yang dapat mengirim 3-4 pebalap di depan (bersama tim Pramac Ducati). Artinya, peluang untuk juara dunia masih berada di dekat jangkauannya. Tinggal apakah Marc dapat mendekatinya atau tidak.
Di sinilah kemudian membuat publik penikmat Moto GP akan kembali merasakan keseruan dari persaingan para jago balap sedunia ini.
Mampukah Honda terus melanjutkan pesta juaranya?