Jika ketidaksepahaman ini terus menerus berlarut-larut, apa manfaatnya? Sejujurnya, baik sektor energi maupun transportasi sama-sama berkontribusi besar dalam polusi udara di Indonesia.Â
Menurut databooks, tahun 2022 lalu Indonesia tercatat sebagai salah satu negara penyumbang emisi CO2 terbesar ke-6 di dunia dengan emisi pada sektor energi sebesar 691,97 juta ton CO2.Â
Sementara itu survei oleh Katadata Insight Center tentang persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara pada Agustus 2023 menempatkan sektor transportasi (82,2%) sebagai biang kerok teratas terjadinya polusi udara.
Ayo Diet Energi!
Polusi udara hanya salah satu efek destruktif dari ketergantungan kita pada bahan bakar fosil. Kita tengah menghadapi persoalan perubahan iklim yang berdampak pada kerusakan lingkungan.Â
Penggunaan bahan bakar fosil bertahun-tahun lamanya di banyak sektor kehidupan manusia, selain energi dan transportasi, kini menjadi ancaman maha serius.Â
Kebiasaan buruk itu harus dihentikan. Saya terinspirasi dari kisah Peter Miller dan istrinya dalam sebuah artikel berjudul Our Energy Diet pada buku Reading Explorer 5 milik majalah National Geographic. Keduanya merupakan warga Amerika Serikat yang prihatin pada masalah efek rumah kaca di dunia.
Mereka melakukan sebuah eksperimen dengan melacak emisi karbon rumah tangga mereka selama satu bulan. Ini mirip dengan orang yang ingin menurunkan berat badan dengan menghitung asupan kalori. Metode ini mereka sebut sebagai 'diet energi.' Â
Dalam artikel itu disebutkan bahwa rata-rata rumah tangga di Amerika menghasilkan sekitar 80 kilogram karbondioksida (CO2). Angka itu dua kali lipat lebih di atas rata-rata rumah tangga di Eropa dan hampir lima kali lebih besar dari rata-rata rumah tangga di dunia.
Untuk mengetahui jejak karbon rumah tangga mereka, Miller menghitung durasi penggunaan barang-barang elektronik yang mereka pakai.Â