Mohon tunggu...
Deddy Kristian Aritonang
Deddy Kristian Aritonang Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Alumnus Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Pecinta Bahasa, Pendidikan, Sosial dan Olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Diet Energi demi Masa Depan Bumi

29 Januari 2024   23:29 Diperbarui: 31 Januari 2024   09:16 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ketidaksepahaman ini terus menerus berlarut-larut, apa manfaatnya? Sejujurnya, baik sektor energi maupun transportasi sama-sama berkontribusi besar dalam polusi udara di Indonesia. 

Menurut databooks, tahun 2022 lalu Indonesia tercatat sebagai salah satu negara penyumbang emisi CO2 terbesar ke-6 di dunia dengan emisi pada sektor energi sebesar 691,97 juta ton CO2. 

Sementara itu survei oleh Katadata Insight Center tentang persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara pada Agustus 2023 menempatkan sektor transportasi (82,2%) sebagai biang kerok teratas terjadinya polusi udara.

Ayo Diet Energi!

Polusi udara hanya salah satu efek destruktif dari ketergantungan kita pada bahan bakar fosil. Kita tengah menghadapi persoalan perubahan iklim yang berdampak pada kerusakan lingkungan. 

Penggunaan bahan bakar fosil bertahun-tahun lamanya di banyak sektor kehidupan manusia, selain energi dan transportasi, kini menjadi ancaman maha serius. 

Kebiasaan buruk itu harus dihentikan. Saya terinspirasi dari kisah Peter Miller dan istrinya dalam sebuah artikel berjudul Our Energy Diet pada buku Reading Explorer 5 milik majalah National Geographic. Keduanya merupakan warga Amerika Serikat yang prihatin pada masalah efek rumah kaca di dunia.

(Artikel 'Our Energy Diet' tulisan Peter Miller dalam buku Reading Explorer 5 National Geographic/dokumentasi pribadi)
(Artikel 'Our Energy Diet' tulisan Peter Miller dalam buku Reading Explorer 5 National Geographic/dokumentasi pribadi)

Mereka melakukan sebuah eksperimen dengan melacak emisi karbon rumah tangga mereka selama satu bulan. Ini mirip dengan orang yang ingin menurunkan berat badan dengan menghitung asupan kalori. Metode ini mereka sebut sebagai 'diet energi.'  

Dalam artikel itu disebutkan bahwa rata-rata rumah tangga di Amerika menghasilkan sekitar 80 kilogram karbondioksida (CO2). Angka itu dua kali lipat lebih di atas rata-rata rumah tangga di Eropa dan hampir lima kali lebih besar dari rata-rata rumah tangga di dunia.

Untuk mengetahui jejak karbon rumah tangga mereka, Miller menghitung durasi penggunaan barang-barang elektronik yang mereka pakai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun