Aku Rindu Mama
karya Debora Putriani Br Nainggolan
Rossa duduk di tepi jendela kamar, menatap langit malam yang bertabur bintang. Rembulan memancarkan sinarnya yang pucat, seolah ikut merasakan kesedihan yang mendalam di hati gadis kecil itu. Di sudut matanya, air mata mengalir perlahan, membasahi pipinya yang merah.
"Mama, aku rindu mama," bisiknya pelan, seolah berharap angin malam akan membawa kata-katanya ke surga, tempat Mamanya kini berada.
Sejak kepergian Mama, hidup Rossa berubah drastis. Tidak ada lagi tawa riang di rumah itu, tidak ada lagi cerita sebelum tidur, dan tidak ada lagi pelukan hangat yang selalu membuatnya merasa aman. Setiap sudut rumah kini terasa kosong, seperti hatinya yang tak lagi bisa merasakan kebahagiaan yang sama.
Rossa merindukan masa-masa ketika Mama masih ada. Ia merindukan saat-saat mereka duduk bersama di sofa, berbagi cerita tentang sekolah, teman-teman, dan segala hal kecil yang kini terasa begitu besar dan penting. Ia merindukan senyum Mama yang selalu membuatnya merasa segalanya akan baik-baik saja.
"Mama, aku ingin pulang. Mengulang waktu," Rossa menangis lebih keras, merasakan kerinduan yang begitu menyakitkan hingga seakan menggerogoti hatinya. Ia ingin kembali ke masa lalu, ke waktu di mana semuanya masih dalam kendali, di mana ia masih menjadi anak kecil yang bahagia bersama Mama.
***
Pikiran Rossa kembali ke masa lalu, saat semuanya masih baik-baik saja. Ia ingat saat-saat bahagia bersama Mama. Pagi hari yang cerah, Mama selalu membangunkannya dengan lembut, mengecup keningnya dan membisikkan kata-kata manis yang membuat Rossa merasa semangat menjalani hari.
"Mama, aku bermimpi indah tadi malam," Rossa kecil berkata sambil tersenyum lebar.