Mohon tunggu...
Dewa Ayu Putu Debita
Dewa Ayu Putu Debita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Ilmu Komunikasi - Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik Sampit antara Suku Dayak dan Madura

10 Juni 2022   22:33 Diperbarui: 10 Juni 2022   22:43 9849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://unsplash.com/s/photos/cultures

Sasaran dari teori kesalahpahaman sosial-budaya ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi pihak-pihak yang mengalami konflik mengenai budaya pihak lain, untuk mengurangi stereotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, dan juga meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya. 

Saya juga mengaitkan teori lain, yang akan saya bahas di paragraf selanjutnya yang tentu masih berhubungan dengan konflik yang terjadi antar, warga Madura dan Warga Dayak di Kalimantan Tengah.

Setelah dicari tahu lebih lanjut konflik ini tidak hanya bermula dari perbedaan budaya saja, saat itu masyarakat Madura bermigrasi ke Kalimantan Tengah dan akhirnya telah membentuk sebanyak 21 persen populasi di sana. Karena hal tersebut, masyarakat Dayak, 

Kalimantan Tengah merasa tersaingi oleh masyarakat Madura yang akhirnya timbul kerusuhan antar keduanya. Dalam hal ini teori identitas, dimana dalam teori ini disebutkan konflik disebabkan karena identitas terancam. Masyarakat Dayak merasa terancam karena kehadiran warga migrasi Madura di Kalimantan Tengah.

Lalu pada tanggal 18 Februari tahun 2001 suku Dayak berhasil menguasai Sampit. Dan polisi bertindak dengan menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu dalang dalam serangan ini terjadi. Tidak berhenti disitu dalang tersebut ternyata membayar sebanyak enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit saat itu. 

Ribuan warga Dayak juga mengepung kantor polisi di Palangkaraya, sekaligus meminta pembebasan para tahanan. Permintaan warga tersebut dikabulkan oleh pihak polisi pada 28 Februari 2001, sekaligus membubarkan kerumunan di kantor polisi dengan bantuan militer. 

Konflik ini akhirnya mereda setelah pihak pemerintah melakukan peningkatan keamanan, mengevakuasi warga, dan menangkap para provokator. Penanganan konflik dilakukan dengan penyelesaian konflik, yaitu serangkaian tindakan yang bertujuan untuk mengakhiri sebuah konflik yang sedang terjadi, dengan mendorong perubahan perilaku yang positif dari pihak-pihak yang telah terlibat. 

Seperti yang telah dilakukan oleh pihak-pihak seperti polisi, militer dan pemerintah di atas. 

Untuk benar-benar mengakhiri konflik antar kedua suku ini yaitu Dayak dan Madura, dilakukanlah sebuah resolusi konflik. Yaitu serangkaian tindakan yang bertujuan untuk menangani sebab-sebab konflik, dan berusaha untuk membangun hubungan baru yang dapat bertahan lama di antara suku Madura dan suku Dayak yang tengah berkonflik. 

Dibuatlah sebuah perjanjian damai antara keduanya, untuk memperingati perjanjian tersebut dibangun sebuah tugu perdamaian di Sampit yang sudah berdiri sampai saat ini. Dalam sebuah artikel yang saya lihat, penamaan dari tugu perdamaian ini masih diprotes dari berbagai pihak karena, tidak adanya tulisan bahwa itu adalah tugu perdamaian. Pihak yang protes berpendapat seharusnya bukan tugu perdamaian tetapi tugu peringatan.

Didalam melakukan upaya resolusi konflik perlu memperhatikan beberapa hal seperti, upaya-upaya penyelesaian konflik tanpa kekerasan, melakukan komunikasi antara dua pihak yang berkonflik (mediasi), dan berkolaborasi bersama pemerintah untuk mendorong upaya-upaya menghentikan konflik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun