Ketika baru saja beberapa langkah aku meninggalkan tempat kejadian pencopetan tersebut, seseorang meneriaki aku, “KAUKAH YANG MENANGKAP PENCOPET ITU ?” kata orang yang berteriak itu sambil berlari kearahku. “Iya, betul pak saya orangnya. Ada apa ya pak ?” tanyaku kebingungan. Tiba-tiba saja bapak tersebut menjabat tanganku dan mengucapkan terima kasih, “Terima kasih karena telah menangkapnya Dek. Barang yang anak tersebut copet sangatlah berharga bagi saya. Ini saya berikan kamu sejumlah uang sebagai imbalan karena kamu telah menolong saya.” Bapak tersebut segera mengeluarkan lima lembar uang kertas berwarna merah dari dompetnya dan memberikannya kepadaku. Aku membulatkan mata karena terkejut dengan lembaran uang yang beliau keluarkan dan berikan kepadaku. Aku yang merasa tindakan bapak tersebut berlebihan pun segera menolaknya dengan halus, “Tidak usah pak, terima kasih. Saya ikhlas membantu bapak. Lagipula sudah seharusnya manusia saling tolong menolong pak.” Namun setelah ku tolak secara halus, bapak tersebut tetap memaksa agar aku menerima uang pemberiannya . Akhirnya, aku pun menerima uang yang beliau berikan dan langsung memeluknya. “Terima kasih Pak. Terima kasih banyak. Dengan uang yang bapak berikan sebanyak ini, saya jadi bisa membeli obat untuk ibu saya dan memenuhi kebutuhan hidup kami. Terima kasih pak,” kataku sambil menangis tersedu-sedu di dalam pelukannya.
Setelah kejadian tersebut, aku segera pergi menuju ke toko obat dan membeli obat yang dibutuhkan oleh ibu sebelum kembali pulang ke rumah. Aku masih tidak menyangka bahwa doaku di pagi hari dan doa nenek yang kubelikan makan dan minuman tadi menjadi kenyataan. Ternyata bentuk kebaikan sekecil apapun pasti akan ada balasannya selama kita melakukannya dengan ikhlas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H