Mohon tunggu...
Dea Sellasie
Dea Sellasie Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya adalah seorang mahasiswa S1 Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bigaku: Sebuah Keunikan dalam Konsep Estetika Jepang

21 Oktober 2022   13:06 Diperbarui: 21 Oktober 2022   14:36 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenai konsep estetika itu sendiri, setiap negara memiliki konsep estetikanya masing- masing yang dapat dipandang secara subjektif, begitupun halnya dengan dengan Jepang. 

Namun yang membedakan konsep estetika Jepang dengan negara lain ialah adanya unsur bagian yang menyusun konsep bigaku ini, seperti, mono no aware, ma , wabi-sabi  dan yuugen. 

Keempat unsur bagian ini saling melengkapi dan tumpang tindih kehadirannya dan membentuk suatu keindahan yang dapat dilihat dan dinikmati. Untuk lebih memahami konsep bigaku ini, mari kita bahas lebih dalam mengenai unsur-unsur yang terkandung di dalamnya :

Mono no Aware

Scara harfiah, mono berarti sesuatu, hal atau benda dan aware yang berarti menyedihkan. Jika digabungkan bisa artikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kesedihan. 

Namun dalam arti yang lebih mendalam, arti kata aware dalam mono no aware, bukan hanya tentang hal yang menyedihkan namun lebih mengarah kepada sesuatu yang mengandung unsur kejiwaan yang menyelinap di lubuk hati sanubari. 

Mono no aware bisa diartikan sebagai sesuatu hal yang dapat menggerakkan dan menyentuh perasaan yang timbul karena keindahan alam, seni maupun perasaan terhadap orang lain. 

Munculnya perasaan sedih, sendu atau tersentuh dalam mono no aware disebabkan oleh pemahaman akan keindahan alam yang hanya sementara. Perasaan yang timbul karena keindahan alam yang sementara ini bisa dikaitkan dengan kondisi alam Jepang yang memiliki empat musim dalam setahun. 

Orang Jepang sangat menikmati musim yang sedang berlangsung karena harus menunggu lama untuk musim tersebut tiba lagi. Orang Jepang juga menyukai sesuatu yang musiman seperti melihat bunga sakura ketika musim semi tiba yang sering disebut dengan hanami.

Bunga sakura hanya bermekaran selama kurang lebih 2 minggu dalam setahun. Pada saat bunga sakura mulai menguning dan berguguran itulah yang dianggap sebagai sebuah keindahan atau estetika dan di situlah perasaan orang Jepang tersentuh. 

Begitu juga dengan beberapa situasi pemandangan alam lainnya, seperti bulan yang hanya terlihat sebagian dianggap lebih indah dibanding bulan purnama yang terlihat jelas, dikarenakan hal itu dapat dimaknai bahwa bulan tersebut perlahan-lahan akan menghilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun