Mohon tunggu...
Dea Permata Cintiya
Dea Permata Cintiya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa Kelas XII MIPA 4 SMA Negeri 1 Waled

seni adalah hidup, dan hidup adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Ketergantungan dan Keadilan Sosial melalui Puisi "Kepada Peminta-minta" Karya Chairil Anwar

5 Maret 2024   11:24 Diperbarui: 5 Maret 2024   11:30 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nanah meleleh dari luka

Sambil berjalan kau usap juga.

Penyair secara tajam menyoroti perilaku manipulatif si pengemis yang berusaha memperoleh simpati dengan memperlihatkan kesengsaraan dan penderitaan secara berlebihan. Dengan tidak ingin mendengarkan cerita si pengemis, mereka menolak untuk terjebak dalam permainan emosional yang dimainkan oleh si pengemis. Bagi mereka, kejujuran dalam menyampaikan kebutuhan jauh lebih berharga daripada memainkan drama untuk mendapatkan belas kasihan orang lain.

"Nanah meleleh dari luka, Sambil berjalan kau usap juga" ini menunjukkan betapa buruknya sikap pengemis karena menampilkan dirinya secara berlebihan sebagai orang yang menderita, padahal mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan keadaan sebenarnya. Ini menunjukkan ketidakjujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.

Dengan menunjukkan raut wajah susah dan memperlihatkan kondisi fisik yang memprihatinkan, si pengemis mencoba memanipulasi emosi orang lain untuk mendapatkan belas kasihan. Hal ini dianggap tidak jujur dan tidak etis.

Sikap si pengemis dapat menciptakan persepsi negatif terhadap pengemis secara umum. Orang-orang mungkin menjadi skeptis terhadap kebutuhan sebenarnya dari pengemis lainnya karena pengalaman dengan si pengemis manipulatif tersebut.

Bersuara tiap kau melangkah

Mengerang tiap kau memandang

Menetes dari suasana kau datang

Sembarang kau merebah.

Pengemis selalu saja bersuara meminta-minta. Ketika berhadapan dengan seseorang, ia selalu meraung, merintih, bahkan menangis seakan derita hidupnya begitu pedih. Ketika merasa letih pun ia merebahkan dirinya di sembarang tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun