Komunitas global tidak senang atas memanasnya situasi di sana. Alasannya jelas, sudah ada perang di Ukraina. Ketegangan yang meningkat di kawasan lain dapat lebih jauh mendorong dunia ke dalam kekacauan.
Presiden Jerman mengutuk Korea Utara atas apa yang dia sebut "mengancam Perdamaian Internasional". Â Frank-Walter Steinmeier saat ini sedang dalam kunjungan ke Korea Selatan. Ini yang dikatakannya di Seoul "peluncuran akhir-akhir ini telah sangat memperburuk situasi dan saya katakan dengan sangat jelas, eskalasi ini tidak dapat diterima dan tanggung jawab terletak pada rezim Korea Utara saja." Jadi pemimpin Jerman berpendapat kalau ketegangan memanas disebabkan rezim Korut seorang.
Menteri pertahanan Korea Selatan Suh Wook saat ini sedang  kunjungan ke AS. Beliau mengunjungi Pentagon dan disambut oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. AS menegaskan kembali komitmennya untuk pertahanan Korea Selatan. "saat ini ketegangan meningkat. Aliansi kami sangat kuat. Amerika Serikat tetap berkomitmen penuh untuk membela RoK. Komitmen kami teguh, mencakup berbagai kemampuan pertahanan nuklir, dan konvensional, dan rudal kami.
Austin juga mengatakan bahwa Korea Utara harus terlibat dalam dialog serius dengan Selatan. Korea Utara dan Selatan secara teknis masih dalam Perang. Â Sedikit menyelami sejarah, pada tahun 1958 AS mengerahkan senjata nuklir taktis di Korea Selatan. Nuklir tesebut ditarik keluar pada tahun 1991. Tiga dekade berlalu, AS Â terus memperluas apa yang disebutnya "payung nuklir" ke Korea Selatan. Dengan kata lain Washington mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menggunakan semua kemampuan untuk membela Korea Selatan jika terjadi serangan.
Korsel tidak komplain. Suh Wook mengatakan dalam kunjungannya ke Pentagon bahwa Korsel akan "menerima manfaat dari berbagai kemampuan militer termasuk tidak hanya kekuatan nuklir dan konvensional serta kemampuan pertahanan rudal tetapi juga kemampuan non-nuklir tingkat lanjut seperti ruang siber dan kemampuan elektromagnetik."
Saya kira, semua ini akan bikin rezim Korut kebakaran jenggot. Semoga jangan lagi ada ketegangan lain yang memanas jadi kobaran api.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H