Ketegangan meningkat di Semenanjung Korea. Kemarin militer Korea Selatan mengacak-acak Jet tempur miliknya, setelah mendeteksi 118 pesawat tempur Korea Utara di dekat perbatasannya.
juga ada penembakan artileri. Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, pesawat Korea Utara terdeteksi di sepanjang pantai timur dan barat Korea Selatan, Namun tidak ada pesawat yang melanggar Garis Aksi Taktis (tactical action line), yang merupakan garis virtual yang ditunjuk oleh militer Korea Selatan. Garis tersebut terletak 20 hingga 50 kilometer di utara zona demiliterisasi  dan garis batas utara. Garis Aksi Taktis dibuat untuk memberi Korea Selatan cukup waktu untuk bereaksi ketika ada serangan.
Garis ini tidak dilanggar, meskipun beberapa Laporan mengatakan bahwa beberapa pergerakan pesawat Korut cukup dekat dengan zona demiliterisasi yang memisahkan dua Korea. Pergerakan pesawat Korut terdeteksi  antara jam 11 pagi dan jam 3 sore waktu setempat.
Korea Selatan menanggapi dengan mengudarakan 80 pesawat tempurnya. Di antaranya termasuk pesawat tempur siluman F-35.
Situasi di Semenanjung Korea sedang memanas belakangan ini. Sebulan yang lalu juga Korsel mengudarakan Jetnya ini  setelah 10 pesawat perang Korut melakukan manuver serupa. Kemudian pada tanggal 2 November, Korut menembakkan setidaknya 23 rudal. Pada tanggal 3 November Korea Utara menembakkan beberapa rudal ke laut. Para ahli mengatakan bahwa mungkin salah satu ICBMS atau rudal balistik antarbenua Korut gagal.
Jadi, kenapa Korea Utara mencoba untuk meningkatkan ketegangan dengan Korsel? Korut mengatakan jika semua itu merupakan tanggapan atas latihan Waspada Badai (Vigilant Storm Drills) antara Washington dan Seoul. Latihan bersama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan tersebut merupakan yang terbesar antara kedua negara tersebut.
Latihan ini dimulai pada hari Senin. 245 jet tempur diluncurkan. Ada juga pesawat militer lainnya. Bersama-sama mereka melakukan sekitarv1600 misi bersama. Korea Utara mengecam latihan ini. Pyongyang mengatakan latihan itu sebenarnya merupakan persiapan untuk melakukan serangan ke Korea Utara.
Tanggapan Korut itu tidak banyak membantu karena Korsel dan AS memperpanjang latihan udara sebagai tanggapan atas niat eskalasi. Pyongyang menanggapi keputusan itu dengan menembakkan tiga rudal balistik jarak dekat. Korea Utara juga menyebut perpanjangan itu sebagai pilihan yang sangat "salah dan berbahaya".
Kemudian sekitar pukul 11.30 malam waktu setempat kemarin, Korea Utara menembakkan sekitar 80 peluru artileri ke zona penyangga maritime. Korsel mengatakan serangan itu merupakan pelanggaran perjanjian 2018 yang membentuk zona penyangga guna mengurangi ketegangan di semenanjung Korea.
Dalam dua hari terakhir Pyongyang telah menembakkan sekitar 30 rudal. Salah satunya mendarat di dekat perairan teritorial Korea Selatan. Perlu dicatat bahwa serangan seperti ini belum pernah terjadi sejak 1953. Seoul menanggapinya sebagai sebuah serangan ke teritorinya.
Komunitas global tidak senang atas memanasnya situasi di sana. Alasannya jelas, sudah ada perang di Ukraina. Ketegangan yang meningkat di kawasan lain dapat lebih jauh mendorong dunia ke dalam kekacauan.
Presiden Jerman mengutuk Korea Utara atas apa yang dia sebut "mengancam Perdamaian Internasional". Â Frank-Walter Steinmeier saat ini sedang dalam kunjungan ke Korea Selatan. Ini yang dikatakannya di Seoul "peluncuran akhir-akhir ini telah sangat memperburuk situasi dan saya katakan dengan sangat jelas, eskalasi ini tidak dapat diterima dan tanggung jawab terletak pada rezim Korea Utara saja." Jadi pemimpin Jerman berpendapat kalau ketegangan memanas disebabkan rezim Korut seorang.
Menteri pertahanan Korea Selatan Suh Wook saat ini sedang  kunjungan ke AS. Beliau mengunjungi Pentagon dan disambut oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. AS menegaskan kembali komitmennya untuk pertahanan Korea Selatan. "saat ini ketegangan meningkat. Aliansi kami sangat kuat. Amerika Serikat tetap berkomitmen penuh untuk membela RoK. Komitmen kami teguh, mencakup berbagai kemampuan pertahanan nuklir, dan konvensional, dan rudal kami.
Austin juga mengatakan bahwa Korea Utara harus terlibat dalam dialog serius dengan Selatan. Korea Utara dan Selatan secara teknis masih dalam Perang. Â Sedikit menyelami sejarah, pada tahun 1958 AS mengerahkan senjata nuklir taktis di Korea Selatan. Nuklir tesebut ditarik keluar pada tahun 1991. Tiga dekade berlalu, AS Â terus memperluas apa yang disebutnya "payung nuklir" ke Korea Selatan. Dengan kata lain Washington mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menggunakan semua kemampuan untuk membela Korea Selatan jika terjadi serangan.
Korsel tidak komplain. Suh Wook mengatakan dalam kunjungannya ke Pentagon bahwa Korsel akan "menerima manfaat dari berbagai kemampuan militer termasuk tidak hanya kekuatan nuklir dan konvensional serta kemampuan pertahanan rudal tetapi juga kemampuan non-nuklir tingkat lanjut seperti ruang siber dan kemampuan elektromagnetik."
Saya kira, semua ini akan bikin rezim Korut kebakaran jenggot. Semoga jangan lagi ada ketegangan lain yang memanas jadi kobaran api.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI