Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Harga Gas Eropa Jatuh, Apakah Moskow Kalah Perang Energi?

30 Oktober 2022   03:25 Diperbarui: 31 Oktober 2022   14:16 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pipa-pipa di fasilitas pendaratan pipa gas Nord Stream 2 di Lubmin, Jerman utara, pada 15 Februari 2022.(AP PHOTO/MICHAEL SOHN via KOMPAS)

Memasuki bulan ke sepuluh perang Ukraina, pertempuran untuk menguasai wilayah masih berlangsung. Tapi ada medan pertempuran lain yang memanas yakni pasokan gas. 

Dalam beberapa bulan terakhir Rusia meningkatkan tekanan pada negara-negara Barat khususnya Eropa. Pasokan gas Rusia ke benua biru dikurangi secara substansial sejak perang dimulai. 

Kita semua tahu betapa parahnya Eropa dipengaruhi oleh harga gas yang melonjak tinggi. Para pemimpin Eropa mengeluarkan perintah penjatahan gas.

Ada kekhawatiran kalau orang Eropa terpaksa melalui musim dingin tanpa penghangat yang cukup. Para pemimpin Eropa  menunjuk jari kepada Rusia. Mereka menuduh Moskow  telah "mempersenjatai pasokan gas".

Eropa yakin bahwa Rusia memeras mereka dan menggunakan energi sebagai senjata. Dalam beberapa komentar pemimpin Eropa, terlihat kalau Eropa merasa sebagai korban karena Moskow menggunakan pengaruh terbesarnya terhadap pasokan gas Barat

Tapi leverage Rusia itu bisa melemah. Harga gas tiba-tiba mulai turun di Eropa. Harga patokan untuk gas alam di Eropa mengalami penurunan lebih dari 70 persen. Itu angka yang banyak sekali. Kenapa bisa? 

Sederhana, Eropa  sudah punya cukup gas yang dibutuhkan untuk saat ini. Cadangan gas Jerman lebih dari 97% penuh. 

Stok rata-rata gas Eropa mencapai angka 93%, dan itu jauh di atas target 80% yang telah ditetapkan oleh para pemimpin Eropa untuk menghadapi musim dingin. Jadi tampaknya Eropa sedang berada dalam posisi yang baik sekarang.

Tapi bagaimana tepatnya perubahan drastis ini terjadi? Belum lama ini Eropa mengeluh tentang kekurangan gas, tiba-tiba mereka santai  karena surplus. 

Ada kombinasi beberapa faktor yang berperan membawa kursi goyang surplus gas ke halaman Eropa. 

Tentu saja aturan  penjatahan gas membantu sampai batas tertentu tetapi kebanyakan surplus ini terjadi karena Eropa telah membeli gas dari sumber alternative selain Nord Stream.

Ada gula ada semut. Ada demand supply pun berdatangan. Semua perusahaan energi yang menjual gas membanjiri pasar Eropa. Kapal-kapal khusus pengangkut gas  memasok gas ke Eropa dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Qatar, bahkan Rusia.

Eropa kemungkinan akan terus mengejar lebih banyak kesepakatan, bisa dibilang cukuip agresif. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengunjungi Athena untuk bertemu dengan Perdana Menteri Yunani untuk membahas pasokan energi.

Kedua negara kini bergabung untuk meningkatkan lebih banyak pasokan gas. 

Saya kutip kata Olaf Scolz dalam pertemuan tersebut, "Kami ingin menggunakan kekuatan bersama kami untuk membentuk konsorsium yang dapat membeli gas bersama-sama. Ini akan menyebabkan harga yang lebih rendah. Kami ingin menciptakan kemungkinan, misalnya kapasitas penyimpanan. Bersama-sama dan secara keseluruhan kami ingin berkontribusi untuk mendorong spekulasi keluar dari pasar dengan keputusan yang telah diambil sehubungan dengan menangani harga Puncak yang sangat sangat penting."

Jadi Jerman ingin agar punya konsorsium sendiri untuk pasokan gas. Mereka betul-betul ingin lepas dari ketergantungan akan gas Rusia.

Ada lagi yang terjadi di Brussel. Menteri energi Uni Eropa bertemu minggu ini untuk membahas tentang menjaga stabilitas harga gas. Bagaimana mereka akan melakukannya?

Salah satu opsinya adalah dengan membuat batasan harga gas. Jadi meski surplus sekarang, Eropa  masih harus menemukan lebih banyak solusi untuk mengatasi gangguan rantai pasok gas. Karena surplus bukan berarti masalah mereka sudah selesai. 

Demand dari konsumen gas bisa meningkat dalam beberapa hari mendatang, yang berarti stok gas Eropa bisa mulai menurun. Dan untuk mengisisnya, berarti harus membeli lebih banyak gas lagi.

Dan situasi bisa menjadi lebih sulit dalam beberapa minggu mendatang. Dengan musim dingin yang sudah di depan mata, ada banyak negara-negara di luar Eropa juga yang membutuhkan lebih banyak gas jadi harga gas bisa melambung lagi.

Ekonomi besar seperti China mungkin mulai membeli lebih banyak cadangan. Ekonomi China belum sepenuhnya terbuka berkat kebijakan zero Covid. 

Jika kembali dibuka, China akan bersaing dengan Eropa di pasar gas sehingga benua biru masih rentan kembali mengalami krisis gas.

Industri padat gas Eropa menunjukkan pelemahan. Misalnya, raksasa manufaktur kimia Jerman BASF yang harus mengambil keputusan sulit. 

Perusahaan itu memiliki pabrik di Sungai Rhine, sebelumnya pabrik tersebut mengkonsumsi lebih banyak gas daripada konsumsi gas seantero Swiss. 

Tapi harus segera berubah karena BASF telah memutuskan untuk berhemat di Eropa. Salah satu alasan di balik keputusan itu adalah kenaikan harga.

Memang harga energi gas turun di Eropa, tapi jelas, itu saja tidak dapat sepenuhnya menyelesaikan krisis energi. Jadi, jika tuduhan Eropa benar bahwa Rusia mempersenjatai pasokan gas, saya kira Putin belum kalah sepenuhnya di medan pertempuran ini.

Sumber: New York Times

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun