Tapi pasti lebih banyak lagi yang perlu ditambahkan menurut saya. Misalnya, makanan dan pakaian. Hape kita mungkin punya Emoji burger atau pizza tapi kan itu bukan makanan asli atau katakanlah kita tidak makan itu setiap hari. Emoji-emoji tersebut jadinya mubazir karena bakal jarang digunakan. Sama halnya dengan pakaian dan gaya rambut. Saya yakin, lebih banyak pakaian ala Barat pasti yang tertambat di smartphone kita saat ini.
Kedua, peningkatan pada kemampuan beradaptasi. Begini, kapan terakhir kali kalian pakai Emoji dalam percakapan resmi? Maksud saya bukan dengan teman tapi chatting resmi dengan Kementerian atau Instansi pemerintah. Kemungkinan sebagian besar dari kita tidak menggunakan Emoji. Okelah mungkin "thumbs up" (jempol ke atas) masih sering terlihat, tapi di luar dari itu kemungkinan besar Emoji jarang digunakan dalam percakapan resmi.
Jadi saya kira harus ada update di bagan itu. Alat komunikasi harus beradaptasi dengan semua jenis percakapan biar komunikasi lebih efisien dan tidak menimbulkan salah tafsir. Mulai dari santai, serius, emosional, resmi, dsb., Emoji harus dapat mencakup seluruh spectrum. Jika tidak orang pasti akan beralih ke opsi lain.
Hari ini kita punya stiker dan GIF yang bersaing dengan Emoji. Memang, keduanya masih belum mengambil alih Emoji sebagai provider perwakilan emosi dan situasi kita, tapi bagaiman 40 tahun ke depan siapa yang tahu. Faktanya  Emoji telah berevolusi lebih dari sekadar karakter.Kini Emoji menjadi tool of progress. Simbol keragaman dan inklusi.
Jika terus berkembang Emoji bisa segera menjadi landasan percakapan dan komunikasi modern. Kalau tidak, Emoji bisa saja dimusnahkan.Â
Saya tahu kedengarannya mustahil sekarang tapi coba pertimbangkan, 40 tahun mungkin tampak seperti waktu yang lama bagi kita tetapi komunikasi manusia berusia hampir 32.000 tahun. Saat ini banyak alat telah muncul dan menghilang. Jadi saya akan menutup tulisan ini dengan sebuah kutipan tua "kunci untuk bertahan adalah evolusi".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H