Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Invasi Putin ke Ukraina Menandai Era Baru Politik Hard Power

3 Maret 2022   19:08 Diperbarui: 5 Maret 2022   03:33 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ini diambil dari video yang disediakan oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Sabtu, 19 Februari 2022, menunjukkan rudal balistik antarbenua Yars diluncurkan dari lapangan udara selama latihan militer.| Sumber: AP PHOTO/ RDMPS via Kompas.com

Tetapi kekuatan besar yang paling konsekuensial yang bisa kita lihat adalah Jerman. Dua kali dalam abad terakhir ini, Jerman melepaskan perang dunia yang menyebabkan kekerasan skala besar, jadi setelah Perang Dunia II Jerman seolah mengurung diri ke dalam cangkangnya, mereka hanya menghabiskan sedikit sekali dana untuk militer, dan mengambil langkah mundur dalam politik dunia. 

Pada dasarnya Jerman menerapkan politik soft power. Tapi minggu lalu kanselir Olaf Scholz memutar arah politik internasional Jerman, Scholz berencana untuk menghabiskan USD 112 miliar untuk pertahanan dan mengirim senjata ke Ukraina. Langkah ini menandakan kembalinya politik hard power Jerman. Bisa dibilang, invasi Putin memaksa preman pensiun kembali lagi ke jalanan.

Bagaimana dengan negara-negara berbahaya (rogue state) yang dianggap mengancam perdamaian dunia? Bagaimana mereka melihat perang ini? Sebagai pelajaran Ukraina menyerahkan senjata nuklirnya pada tahun 1994. 28 tahun kemudian, mereka diserang. Apa yang dipikirkan negara-negara seperti Korea Utara dan Iran? Saya kira jelas jawabannya: "nuklir sangat membantu pertahanan negara."

Kedua negara ini menyalahkan AS atas perang Putin 2022. Korea Utara juga menguji rudal balistik pada hari minggu yang tes kedelapan mereka tahun ini. Kim Jong-un melihat apa yang terjadi di Ukraina, dia akan menarik hubungan antara nuklir dan pertahanan.

Jadi kemungkinan diktator Korut akan bertahan dekat dengan senjata pemusnah massal. Keputusan seperti itu tentu memengaruhi Korea Selatan. Jajak pendapat baru menemukan bahwa 71 persen penduduk Korea Selatan menginginkan senjata nuklir. 

Secara teknis, Seoul adalah bagian dari payung nuklir AS. Artinya, jika diperlukan AS akan mengerahkan nuklir untuk melindungi Korea Selatan. Tapi seberapa andal janji itu? Akankah AS mempertaruhkan kota-kotanya sendiri untuk melindungi Seoul?

Banyak orang Korea Selatan tidak ingin berjudi dengan janji AS itu. Sama halnya dengan iran, New York Post mengatakan bahwa Iran sudah sangat dekat dengan sebuah kesepakatan nuklir.

Sekarang nadanya telah berubah Iran, mengatakan masalah utama belum diselesaikan, dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyalahkan AS dengan menyebutnya sebagai rezim mafia dalam perang Rusia. Kesepakatan itu masih mungkin terealisasi tetapi Iran pasti akan bermain keras.

Sebagai kesimpulan, saya ingin mengatakan bahwa invasi Putin kali ini telah mematahkan mitos abad ke-21: bahwa perang untuk menginvasi negara lain tidak mungkin terjadi. 

Jika cukup kuat dan kepentingan inti Anda terancam, Anda bisa mengobarkan perang. Itulah pesan dari invasi Rusia, sehingga setiap negara memikirkan kembali strateginya. 

Beberapa berharap untuk dukungan aliansi seperti Finlandia, ada yang bertaruh pada payung nuklir seperti Belarus dan Jepang, ada yang membangun pertahanan mereka sendiri seperti Jerman. Apapun strateginya, yang jelas, dunia sedang memasuki era baru politik hard power.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun