Studi ini tidak dilakukan oleh Universitas, tetapi secara harfiah didukung pemerintah karena CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) merupakan sebuah lembaga pemerintah di Amerika Serikat. Jadi pada dasarnya, pernyataan tersebut merupakan pernyataan dari lembaga pemerintah Amerika Serikat.
Dalam studi ini, lebih dari 50.000 kasus Omicron, dan hampir 17.000 kasus Delta dianalisis. Dari 30 November hingga 1 Januari.
Kesimpulannya tidak terbatas pada tingkat kematian 91% lebih rendah dalam kasus Omicron, tapi juga termasuk risiko rawat inap 53% lebih rendah, dan jika beberapa orang memang perlu dirawat di rumah sakit, pasien punya peluang 75% lebih rendah untuk dimasukkan ke rumah sakit pada Unit perawatan intensif atau ICU.
Jadi pada dasarnya ini adalah berita positif. Bahwa tingkat kematian varian Omicron sangat rendah, dan risiko rawat inap sangat rendah.
Tetapi pada saat yang sama, kabar baik ini datang dengan peringatan: orang tidak boleh lupa bahwa varian Omicron jauh lebih menular dibandingkan dengan varian Delta.
Omicron menyebar dengan sangat mudah. 2 hingga 3 kali lebih menular daripada varian Delta, tetapi secara statistik. Para ilmuwan menyimpulkan beberapa data terakhir yang lemah, bahwa menurut mereka, varian Omicron 105% lebih mudah menular daripada varian Delta.
Inilah yang menyebabkan di tempat-tempat penyebarannya, dan grafik kasus Covid 19 yang ditimbulkannya jauh lebih curam.
Kurvanya meningkat secara eksponensial. Karena varian Omicron menyebar dengan sangat mudah.
Kenapa varian Omicron kurang mematikan tapi lebih menular?
Dilansir dari The Guardian, infeksi virus corona dimulai dari hidung atau mulut. Infeksi kemudian menyebar ke tenggorokan. Dan pada infeksi ringan, virus tidak mencapai paru-paru karena sudah dimatikan antibodi tubuh di tenggorakan.Â