Sifat ini "memaksa" bahasa untuk terus berkembang dan mustahil mati seiring dengan kebutuhan manusia yang mustahil hanya itu-itu saja.
Bahasa itu sesuatu yang hidup!
Seperti makhluk hidup, bahasa akan terus berkembang. Suatu bahasa akan mati ketika bahasa tersebut berhenti (menolak) berkembang.Â
Dulu kita tak punya kata "tetikus" namun karena Indonesia tak bisa menangkis kebutuhan akan salah satu perangkat komputer itu, munculah kata 'tetikus' dalam kamus bahasa Indonesia.
Sama halnya, IMO (:D), bahasa anak-anak Jakarta selatan yang tak bisa menangkis sifat alami bahasa ini, pun muncul karena adanya kebutuhan
Apa saja kebutuhan yang bikin bahasa Jaksel muncul?
Ada yang berpendapat, karena kebutuhan sosial agar terlihat keren, atau agar terlihat intelek.
Beberapa orang lagi, karena kebutuhan berkomunikasi yang lebih efisien.
Memangnya bahasa Indonesia yang sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) atau kaidah kebahasaan tak cukup efisien? Sepertinya begitu.
Dosen di Departemen Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Yogyakarta, Rasman berbagi pendapat kepada KOMPAS:
"Terkadang komunikasi justru bisa lebih bermakna jika menggunakan semua jenis bahasa yang dikuasai baik oleh pihak-pihak yang sedang berkomunikasi, dibandingkan dengan hanya menggunakan salah satu (bahasa) saja."
Menurut Rasman penggunaan berbagai macam bahasa dalam komunikasi tidak memberikan efek yang negatif. Kadang satu atau dua kata asing yang digunakan dalam kalimat, terasa lebih pas untuk menekankan inti dari apa yang ingin disampaikan penutur.