Setelah resesi besar (2007-2009) tren bertahan pada pekerjaan kembali, orang ingin kepastian ekonomi.Â
Kemudian datang Covid-19 yang memberi realita lain, orang mulai memeriksa kehidupan orang terkasih yang selamat dari virus, dan mulai "lebih menghargai" hidup yang selama ini terlalu banyak dikompromikan kepada pekerjaan.
Linkedin mempelajari tren itu, menemukan bahwa persentase anggota Linkedin yang memperbarui profil mereka dan menemukan kalau pergantian pekerjaan telah meningkat 54 persen dari tahun ke tahun.Â
Generasi Z yang paling banyak berganti pekerjaan, transisi pekerjaan mereka meningkat 80%; Milenial berikutnya 50%; kemudian gen X 31%; dan Boomer 5%.
Sektor paling menderita karena great resignation termasuk perhotelan dan layanan kesehatan.Â
Jadi ini adalah cerita dari sisi karyawan. Bagaimana dengan para majikan?
Tahun pertama pandemi cukup sulit, pabrik dan perkantoran ditutup, karyawan di PHK. Ketika buka kembali, pasokan barang macet, mantan pekerja sudah tidak ingin kembali, talenta baru yang cocok juga susah dicari. Operasional perusahaan tercekik, dan sekarang pekerja mulai resign, rasanya seperti keluar dari penggorengan ke dalam api.
Saat ini ada 10 juta lowongan pekerjaan di Amerika Serikat. Jerman membutuhkan setidaknya 400.000 pekerja.
Apa yang dilakukan majikan untuk mempertahankan talenta perusahaan dengan baik?Â
Beberapa perusahaan menawarkan kenaikan gaji yang lebih tinggi, dan laporan bonus mengatakan upah untuk pekerja bergaji rendah naik pada tingkat tercepat sejak resesi besar.