Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Renungan Akhir Tahun: Jangan Dulu Menyerah Meski Tiang Gawang Terus Bergeser

29 Desember 2021   21:14 Diperbarui: 31 Desember 2021   04:00 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan Indonesia? Jumlahnya terus bertambah setiap hari, sampai hari ini angkanya mencapai 68 orang, untungnya belum (semoga jangan) ada kematian.

Kita diberitahu sejauh ini, sebagian besar kasus Omicron ringan tetapi itu tidak berarti varian ini tidak berbahaya. AS sekarang menjadi salah satu daerah merah Omicron terbesar. 

Amerika Serikat kehabisan semua alat tes, tempat tidur dan ruang rawat inap di rumah sakit, pekerja kesehatan, juga staf panti jompo. 

Amerika kewalahan sekarang, dan kekurangan ini semakin memburuk dari hari ke hari. Kasus Omicron meledak di California dan dalam dua minggu kasus melonjak 73 persen, lebih dari 4.000 pasien berakhir di rumah sakit.

Data kematian akibat Omicron (antaranews.com)
Data kematian akibat Omicron (antaranews.com)

Infeksi Omicron mungkin relatif ringan atau kurang mematikan tapi karena lebih menular maka lebih banyak orang yang dites positif, akibatnya rumah sakit kewalahan. Pada hari Kamis lalu, rawat inap di AS  melewati angka 71.000, beberapa kota sudah kehabisan tempat tidur.

Para pakar mengatakan, pembatasan baru akan membatasi aktivitas global terutama kerja sama ekonomi.

Pertanyaannya adalah siapa yang akan mengkompensasi kerugian ini? Afrika Selatan salah satu yang menanyakannya. Afsel menyalahkan barat, khususnya Inggris. Juru bicara pemerintah mengatakan bahwa larangan perjalanan Inggris menyebabkan kerugian ekonomi yang parah terhadap Afrika Selatan, dan bahwa pemerintah Inggris harus membayar kerusakan ini dengan baik.

Kita pun sudah merasakan bagaimana lockdown menghantam ekonomi kita. Untuk berapa lama kita bisa terus seperti ini?

Setiap kali terjadi lonjakan kasus infeksi, pemerintah menerapkan kembali lockdown. Apakah tidak ada cara lain untuk melawan virus ini? Kini dunia tampaknya terjebak dalam lingkaran lockdown dan karantina yang tak ada habisnya serta kepanikan yang tidak perlu.

Dan itu semua terjadi pada saat yang paling tidak tepat. Kita pikir keadaan akhirnya menjadi lebih baik sekarang, dan 2022 akan normal. Tapi melihat keadaan sekarang, saya tidak begitu yakin. Malah terasa seperti 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun