Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bayang-bayang Omicron: Pembatasan Perjalanan Sepatutnya Jadi Pilihan Terakhir

22 Desember 2021   00:45 Diperbarui: 25 Desember 2021   07:56 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (envato elements/tweenty20photos)

Setelah varian Alpha, Delta, Gamma dari Covid-19, sekarang ada varian baru, Omicron.

Kita tahu bersama kalau mutasi pada virus sangat umum. Jadi kenapa orang begitu khawatir tentang si pendatang baru ini? Mengapa pemerintah di seluruh dunia menyalakan mode panik?

Jika ada dari pembaca sekalian yang sudah berhenti takut pada Corona, waspadalah! Varian baru dari mutasi Virus Corona yang oleh para ilmuwan diberi nama varian Omicron atau B.1.1.529 ini disebut sebagai jenis mutasi paling menular dari pendahulunya.

Omicron ditemukan di negara Botswana, yang merupakan salah satu negara di benua Afrika. Namun para ilmuwan dari Afrika Selatan terlebih sudah melaporkan virus ini ke Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO terlebih dahulu pada 24 November lalu.

Sejak itu, varian ini diidentifikasi di banyak negara besar. Artinya varian ini sudah menyebar ke banyak negara. Termasuk Australia, Italia, Jerman, Belanda, Inggris, Israel, Belgia, Republik Ceko, dan Hong Kong,

Namun ini hanya kasus yang diketahui. WHO belum tahu pasti berapa banyak yang sudah trinfeksi. Karena pada kenyataannya, pada saat membaca artikel ini, Omicron kemungkinan besar telah menyebar ke hampir semua negara besar, termasuk negara kita Indonesia.

Pekan lalu (16/12) Pemerintah melalui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan temuan kasus pertama dari Virus Covid-19, Omicron di Indonesia. Pernyataan itu menandakan varian virus yang kecepatan penularannya lebih cepat dari Varian Delta ini sudah masuk ke Indonesia.

Pada 26 November 2021, WHO melabeli varian ini sebagai Varian of Concern (VOC).

Sebagai referensi, WHO mengkategorikan varian Covid-19 menjadi 2 kategori utama yaitu (1) Variant of Interest (VOI) dan (2) Variant of Concern (VOC).

Variant of Interest (VOI)

Saya kutip dari WHO, varian yang masuk kategori VOI adalah:

  • Varian yang punya perubahan genetik yang diperkirakan atau diketahui mempengaruhi karakteristik virus seperti penularan, keparahan penyakit, pelepasan kekebalan, pelepasan diagnostik atau terapeutik; DAN
  • Diidentifikasi sebagai penyebab penularan komunitas yang signifikan atau beberapa klaster COVID-19, di banyak negara dengan peningkatan prevalensi relatif bersamaan dengan peningkatan jumlah kasus dari waktu ke waktu, atau dampak epidemiologis nyata lainnya yang menunjukkan risiko yang muncul terhadap kesehatan masyarakat global.

Saat ini, ada dua varian yang dilabeli sebagai VOI menurut WHO. Pertama adalah varian Lambda yang ditemukan di Peru pada Desember 2020. Dan yang kedua adalah varian Mu yang ditemukan di Kolombia pada Januari 2021.

Variant of Concern (VOC)

Saya kutip dari WHO, varian virus corona yang masuk dalam kategori VOC adalah Varian SARS-CoV-2 yang memenuhi definisi VOI (lihat di atas) dan, melalui penilaian komparatif, telah terbukti terkait dengan satu atau lebih perubahan berikut pada tingkat signifikansi kesehatan masyarakat global:

  • Peningkatan penularan atau perubahan yang merugikan dalam epidemiologi COVID-19; ATAU
  • Peningkatan virulensi atau perubahan presentasi penyakit klinis; ATAU
  • Penurunan efektivitas kesehatan masyarakat dan tindakan sosial atau diagnostik yang tersedia, vaksin, terapi.

Varian yang masuk kategori ini antara lain Alpha, Beta, Delta, Gamma, Omicron.

Jadi, bisa kita lihat varian yang benar-benar bermasalah adalah varian yang berada di kategori VOC. Karena semua yang masuk kategori VOC merupakan varian yang memiliki ciri-ciri masalah dalam kategori VOI ditambah dengan masalah yang ada di kelompok VOC.

VOC meningkatkan penularan, tingkat keparahan penyakitnya meningkat, gejalanya menjadi lebih kuat secara signifikan, atau menjadikan efektivitas vaksin berkurang.

Dari kelima varian dalam kategori VOC, Delta disebut sebagai varian yang paling berbahaya. Ditemukan di India pada Oktober 2020, varian Delta menjadi penyebab klaster paling mematikan yang terjadi di India.

Varian Alpha ditemukan di Inggris pada September 2020. Beta di Afrika Selatan dan Gamma di Brasil. Hingga saat ini, Delta menjadi varian yang paling dominan, bahkan presentasenya super tinggi yakni 99 persen, dan lebih banyak kematian terjadi pada yang tidak divaksinasi.

Sekarang, varian Omicron merupakan varian kelima yang masuk kategori VOC. WHO jelas khawatir. Para ilmuwan khawatir. Apakah varian baru ini akan mendatangkan malapetaka seperti varian Delta?

Sebelum kita berbicara tentang kerusakan yang ditimbulkan oleh Omicron, saya ingin memberi fakta menarik.

Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. REUTERS/Dado Ruvic
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. REUTERS/Dado Ruvic

Penyakit yang sangat mirip dengan Covid-19 adalah Flu Musiman. Gejala keduanya juga mirip. Meski gejala Covid-19 seringkali lebih parah. Pada infeksi Flu, mirip dengan Covid-19, tingkat keparahan penyakit paling tinggi terjadi pada orang tua atau orang dengan keadaan antibodiyang lebih lemah.

Dan tahukah kalian bahwa menurut artikel WHO tahun 2017, lebih dari 600.000 orang meninggal karena Flu setiap tahun? Dan bahwa ada vaksin untuk Flu Musiman juga? Dan vaksin ini perlu diperbarui setiap tahun. Karena virus penyebab Flu Musiman yakni Virus Influenza A, bermutasi sedemikian rupa dan banyak berubah sehingga vaksin perlu diperbarui setiap tahun. Bisa dibilang kita terdapat mutasi dan varian dari Flu Musiman setiap tahun.

Jadi idealnya, obat flu yang beredar di apotik juga harus diperbaharui setiap tahun. Satu-satunya perbedaan besarnya dengan Covid-19 adalah bahwa Flu musiman tidak terlalu dibahas oleh media.

Berbicara mengenai mutasi virus corona, protein spike yang menyerupai paku yang terlihat di permukaan, yang memungkinkan virus masuk ke tubuh kita, diamati dengan sangat cermat karena virus menyebar dengan bantuan protein ini. Baru 32 mutasi yang terlihat pada protein spike varian Omikron.

Jika dibandingkan dengan varian Delta, pada varian Delta terlihat 9 mutasi pada protein spike. Bandingkan dengan Omicron yang sudah ada 32. Inilah alasan mengapa Omikron diklaim sebagai lompatan besar dalam evolusi virus.

Betul sekali, muncul pertanyaan, apakah ini artinya virus ini lebih berbahaya? Seberapa menular?

Mengenai hal ini, WHO menyatakan (lihat di sini) bahwa mereka belum memiliki data yang cukup untuk untuk memastikan hal tersebut. Karena Omicron baru saja muncul tahun ini sehingga masih banyak pengamatan yang harus dilakukan.

Tetapi sebuah studi kasus dilakukan di sebuah wilayah di Afrika Selatan. Di sana, ilmuwan mendeteksi peningkatan kasus positif covid yang signifikan dalam seminggu, dari 1% menjadi 30%. Akibatnya WHO mengklaim kalau kemungkinan besar Omicron jauh lebih menular.

Seorang ilmuwan pemodelan penyakit James Weiland memperkirakan bahwa Omicron 500% lebih mudah menular dibandingkan dengan varian original Wuhan.

Untuk lebih jelasnya, varian Delta dikatakan 60% lebih menular daripada varian Alpha. Sementara Alpha 50% lebih mudah menular daripada varian asli Wuhan. Dibandingkan dengan Delta, tampaknya Omicron jauh lebih menular.

Ini mungkin kabar baik. Karena, virus yang lebih menular seringkali kurang mematikan. Dan penyakit yang lebih mematikan sangat tidak menular. Ini adalah tren umum yang bisa kita lihat.

Tentu saja, mungkin ada pengecualian untuk tren ini. Tapi umumnya, ini adalah kasus di antara penyakit. Seperti yang bisa kita lihat dalam grafik berikut.

Grafik fatality rate penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakterin. Sumber: The Micro Scobe.
Grafik fatality rate penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakterin. Sumber: The Micro Scobe.
Kecepatan penularan varian Omicron yang menjadi varian dominan di Afrika Selatan pada grafik berikut, Omicron jauh lebih cepat daripada varian Delta yang membuktikan lagi bahwa Omicron jauh lebih menular.

Grafik kecepatan penularan varian Omicron. Sumber: Financial Times
Grafik kecepatan penularan varian Omicron. Sumber: Financial Times

Pertanyaan belum terjawab, apakah varian Omicron lebih mematikan atau kurang mematikan?

Sayangnya, belum ada jawaban yang jelas untuk ini. Para ilmuwan mengatakan bahwa akan memakan waktu beberapa minggu untuk menentukan ini. Tetapi data awal dari Afrika Selatan menunjukkan bahwa rawat inap meningkat.

Tetapi ini tidak bisa digunakan untuk mengambil kesimpulan yang jelas karena jika virus ini lebih menular, ia akan menyebar di antara banyak orang dengan cepat, banyak orang akan datang ke rumah sakit pada saat yang sama dan dengan demikian rawat inap mungkin meningkat. Atau sebaliknya, jika ternyata lebih mematikan, itu bisa menjadi penyebab meningkatnya rawat inap.

Itu sebabnya menyimpulkan apapun tentang tingkat mematikannya belum cukup hanya dari data rawat inap. Bahkan, kita masih belum tahu apakah efektivitas vaksin pada varian Omicron akan menurun atau tidak. Waktu akan menjawab ini juga.

Diperkirakan kita akan mengetahui hal ini dalam waktu dekat. Kemungkinan vaksin akan tetap efektif. Tapi sedikit kurang efektif. Jadi, jika kalian sudah divaksinasi, dan mempertahankan tindakan pencegahan normal, semuanya akan baik-baik saja.

Secara keseluruhan, ada begitu banyak informasi mentah. Khawatir dengan ketidakpastian ini, pemerintah di seluruh dunia kembali memberlakukan pembatasan perjalanan. Dan banyak pemerintah sudah memberlakukan kembali lockdown.

Inggris mengatakan bahwa banyak negara Afrika seperti Afrika Selatan, Namibia, Zimbabwe, Botswana, Angola, Mozambik, Malawi, Zambia. Pelancong dari negara-negara ini dilarang memasuki Inggris.

Amerika Serikat telah mengeluarkan larangan bagi orang asing yang datang dari Afrika Selatan, Botswana, Eswatini, Lesoto, Malawi, Mozambik, Namibia, dan Zimbabwe, kecuali jika mereka adalah warga negara AS, mereka diizinkan untuk masuk ke AS.

Hal menarik lainnya, saat membandingkan daftar negara yang telah terkonfirmasi kasus Omiron dengan negara yang dilarang untuk memasuki AS, saya mendapatkan fakta yang tidak masuk akal . Dilansir dari European Centre for Disease Prevention and Control, hingga saat ini negara yang telah terkonfirmasi Omicron adalah sebanyak 65 negara sedangkan yang dibatasi untuk masuk ke AS hanya 8 negara asal Afrika saja.

Bisa kita lihat betapa tidak masuk akalnya keputusan itu. Negara-negara Afrika bukan satu-satunya sumber kasus Omicron. Kalau sudah ditemukan di negara lain, kenapa penerbangan dari sana tidak dilarang? Kenapa mereka dilarang dari negara-negara tertentu saja? Banyak ilmuwan mengkritik pembatasan perjalanan AS. 

Direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, meminta negara-negara untuk mengikuti sains dan peraturan kesehatan internasional untuk menghindari penerapan pembatasan perjalanan.

Moeti menjelaskan kepada CBS News, "Pembatasan perjalanan mungkin berperan dalam sedikit mengurangi penyebaran COVID-19 tetapi memberi beban berat pada kehidupan dan mata pencaharian," kata Moeti dalam sebuah pernyataan. "Jika pembatasan diterapkan, mereka tidak boleh bersifat invasif atau mengganggu yang tidak perlu, dan harus berbasis ilmiah, menurut Peraturan Kesehatan Internasional, yang merupakan instrumen hukum internasional yang mengikat secara hukum yang diakui oleh lebih dari 190 negara."

3 Alasan Pembatasan Perjalanan Sepatutnya Dijadikan Pilihan Terakhir

Saya melihatnya kebijakan pembatasan perjalanan sebagai kebijakan yang kurang matang. Alasannya, Pertama: pembatasan perjalanan tidak efektif.

Coba bayangkan, seseorang sangat ingin melakukan perjalanan ke Amerika Serikat dari Afrika Selatan, karena ada anggota keluarga di sana yang belum pernah ditemui selama bertahun-tahun. Atau ada kematian orang terkasih dan ingin menghadiri pemakaman mereka, jika dia benar-benar putus asa, dari Afrika Selatan orang ini akan terbang ke negara yang diizinkan untuk masuk ke AS, lalu terbang ke AS melalui negara itu.

Selama 2 tahun terakhir, telah terjadi banyak kasus seperti itu di mana karena tidak ada penerbangan dari satu negara ke negara lain, orang putus asa memilih koneksi lain melalui negara lain yang tidak dibatasi. Lalu terjadi kasus positif Covid-19 menyebar seolah-olah tidak ada pembatasan perjalanan.

Alasan kedua adalah, hal itu berdampak buruk pada kehidupan orang kebanyakan. Orang-orang biasa (non pejabat dan pekerja lokal) di dunia belum dapat bepergian dengan bebas selama 2 tahun sekarang. Aturan terus berubah di hampir setiap negara. Merencanakan perjalanan menjadi sangat sulit.

Sulit bagi orang untuk bertemu keluarga mereka. Tetapi orang kaya tidak punya batasan itu. Mereka bisa terbang ke mana saja dengan jet pribadi. Tidak ada batasan pada politisi juga. Lalu di mana keadilan sosial?

Dan alasan ketiga dan mungkin yang paling penting, Afrika Selatan sudah melakukan tindakan yang baik dan terpuji dengan memberi tahu dunia tentang varian ini. Lalu bagaimana reaksi pemerintah di seluruh dunia? Dengan melarang penerbangan dari Afrika Selatan ke negara mereka.

Seluruh industri perjalanan dan industri penerbangan Afrika Selatan terhenti hanya dalam beberapa hari karena kepanikan ini. Karena keputusan seperti itu, jika ada varian baru di masa depan di beberapa negara lain, negara itu akan menganggap lebih baik diam.

Jika mereka mengungkapkan bahwa ada varian baru di negara mereka, pemerintah lain akan menghukum negara mereka. Negara lain akan melarang perjalanan dari negara mereka. Industri perjalanan mereka akan terpengaruh. Ekonomi mereka akan jatuh.

Kenapa ada orang yang mau menanggung hukuman seperti itu? Mending diam aja kan?

Menurut pendapat saya, untuk mengunci negara mana pun, atau membatasi perjalanan dari negara mana pun adalah tindakan terakhir. Ini harus dilakukan hanya setelah semua tindakan lain gagal.

Awalnya kita diberitahu, saat lockdown pertama dideklarasikan dikatakan kalau lockdown dilakukan untuk meratakan kurva. Tapi bagaimana situasinya sekarang?

Pemerintah di seluruh dunia memberlakukan penguncian dan pembatasan penerbangan sebagai tindakan pencegahan, bukan pengobatan epidemi yakni meratakan kurva. Karena kita tidak tahu bagaimana varian barunya, jadi sebagai pencegahan, mereka melarang penerbangan. Atau mengumumkan lockdown. Namun langkah ini punya efek buruk pada kehidupan orang kebanyakan, yang tak terukur. "Pikirkanlah tentang itu wahai pemerintah."

Seberapa besar kesehatan mental masyarakat telah terpengaruh dalam 2-3 tahun terakhir? Sementara tinggal terkurung di rumah, bagaimana perkembangan anak-anak terpengaruh karena tidak bisa pergi ke sekolah? Bagaimana lockdown mempengaruhi perekonomian negara? Seberapa besar pengaruhnya terhadap pengobatan penyakit lain ketika suatu negara terkarantina, dan semuanya terfokus pada Covid-19?

Pendapat saya, keputusan ini (saya mengkritik hampir setiap pemerintah di dunia) hanyalah langkah politik oleh pemerintah-pemerintah di dunia. Pemerintah varian ini (yang melakukan pembatasan perjalanan) ingin menunjukkan bahwa mereka melakukan sesuatu, dan tidak hanya diam.

Mereka ingin menunjukkan kepada warga bahwa mereka proaktif, bahwa mereka mengambil tindakan. Namun pada kenyataannya, jika tertarik untuk mempersiapkan negara menghadapi varian virus baru, pemerintah harus fokus pada ranjang rumah sakit.

Pemerintah harus memprediksi dan menyiapkan ventilator rumah sakit. Rumah sakit perlu bersiap untuk beban baru. Alih-alih melarang segalanya untuk orang-orang di negara bersangkutan.

Dalam beberapa bulan atau tahun mendatang, kita kemungkinan akan terus menerus mendapatkan berita varian baru dan mutasi. Karena akan ada mutasi konstan. Tapi jika ingin dunia kembali normal, saya rasa kita tidak bisa terus-terusan melakukan lockdown setiap kali varian baru muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun