Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bayang-bayang Omicron: Pembatasan Perjalanan Sepatutnya Jadi Pilihan Terakhir

22 Desember 2021   00:45 Diperbarui: 25 Desember 2021   07:56 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (envato elements/tweenty20photos)

Direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, meminta negara-negara untuk mengikuti sains dan peraturan kesehatan internasional untuk menghindari penerapan pembatasan perjalanan.

Moeti menjelaskan kepada CBS News, "Pembatasan perjalanan mungkin berperan dalam sedikit mengurangi penyebaran COVID-19 tetapi memberi beban berat pada kehidupan dan mata pencaharian," kata Moeti dalam sebuah pernyataan. "Jika pembatasan diterapkan, mereka tidak boleh bersifat invasif atau mengganggu yang tidak perlu, dan harus berbasis ilmiah, menurut Peraturan Kesehatan Internasional, yang merupakan instrumen hukum internasional yang mengikat secara hukum yang diakui oleh lebih dari 190 negara."

3 Alasan Pembatasan Perjalanan Sepatutnya Dijadikan Pilihan Terakhir

Saya melihatnya kebijakan pembatasan perjalanan sebagai kebijakan yang kurang matang. Alasannya, Pertama: pembatasan perjalanan tidak efektif.

Coba bayangkan, seseorang sangat ingin melakukan perjalanan ke Amerika Serikat dari Afrika Selatan, karena ada anggota keluarga di sana yang belum pernah ditemui selama bertahun-tahun. Atau ada kematian orang terkasih dan ingin menghadiri pemakaman mereka, jika dia benar-benar putus asa, dari Afrika Selatan orang ini akan terbang ke negara yang diizinkan untuk masuk ke AS, lalu terbang ke AS melalui negara itu.

Selama 2 tahun terakhir, telah terjadi banyak kasus seperti itu di mana karena tidak ada penerbangan dari satu negara ke negara lain, orang putus asa memilih koneksi lain melalui negara lain yang tidak dibatasi. Lalu terjadi kasus positif Covid-19 menyebar seolah-olah tidak ada pembatasan perjalanan.

Alasan kedua adalah, hal itu berdampak buruk pada kehidupan orang kebanyakan. Orang-orang biasa (non pejabat dan pekerja lokal) di dunia belum dapat bepergian dengan bebas selama 2 tahun sekarang. Aturan terus berubah di hampir setiap negara. Merencanakan perjalanan menjadi sangat sulit.

Sulit bagi orang untuk bertemu keluarga mereka. Tetapi orang kaya tidak punya batasan itu. Mereka bisa terbang ke mana saja dengan jet pribadi. Tidak ada batasan pada politisi juga. Lalu di mana keadilan sosial?

Dan alasan ketiga dan mungkin yang paling penting, Afrika Selatan sudah melakukan tindakan yang baik dan terpuji dengan memberi tahu dunia tentang varian ini. Lalu bagaimana reaksi pemerintah di seluruh dunia? Dengan melarang penerbangan dari Afrika Selatan ke negara mereka.

Seluruh industri perjalanan dan industri penerbangan Afrika Selatan terhenti hanya dalam beberapa hari karena kepanikan ini. Karena keputusan seperti itu, jika ada varian baru di masa depan di beberapa negara lain, negara itu akan menganggap lebih baik diam.

Jika mereka mengungkapkan bahwa ada varian baru di negara mereka, pemerintah lain akan menghukum negara mereka. Negara lain akan melarang perjalanan dari negara mereka. Industri perjalanan mereka akan terpengaruh. Ekonomi mereka akan jatuh.

Kenapa ada orang yang mau menanggung hukuman seperti itu? Mending diam aja kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun