Mutan saat ini adalah upaya pertama virus untuk memaksimalkan kooptasi populasi manusia sebagai mesin penyalin virus. Tetapi mereka juga bisa berfungsi sebagai tulang punggung di mana SARS-CoV-2 membangun resistensi terhadap antibody yang dihasilkan vaksin, yang lebih berkelanjutan dan stabil.Â
Seperti seorang narapidana yang merencanakan pembobolan penjara, virus menunggu waktu yang tepat, lalu mengikis pertahanan yang telah dibangun oleh sistem kekebalan manusia.Â
Misalnya, virus dapat bermutasi dengan cara yang mengubah susunan protein lonjakannya yang merupakan bagian dari virus yang menjadi pintu masuk antibodi kita untuk menempel dan menetralkan virus. Dan satu mutasi itu mungkin tidak cukup untuk melindungi virus dari antibodi tersebut. Tapi kemungkinan dalam dua atau tiga mutasi, hal itu bisa saja terjadi.
Kekhawatiran terbesar saat ini, adalah bahwa sudah ada dua atau tiga varian SARS-CoV-2 yang punya mutasi di pintu masuk antibodi tersebut, "di mana mutasi tambahan bisa bikin perubahan yang lebih signifikan dalam hal penularan atau virulensi." kata Baric.Â
Cara terbaik untuk memantau evolusi virus tersebut adalah dengan mengurutkan virus pada sebanyak mungkin orang yang terinfeksi, sesering mungkin. Hanya dengan melacak bagaimana SARS-CoV-2 berubah, para ilmuwan dapat berharap untuk tetap berada di depan dari mutasi yang paling berbahaya dan berpotensi lebih mematikan.Â
Pada bulan November, Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC) meluncurkan program pengurutan yang akan meminta setiap negara bagian untuk mengirim 10 sampel setiap minggu dari orang yang telah terinfeksi, untuk lebih konsisten melacak setiap perubahan pada SARS-CoV-2. genom. "Program tersebut merupakan program sukarela, masih bukan upaya nasional, dan tidak ada dana khusus untuk itu," kata Baric.Â
Tanpa dana federal yang besar yang didedikasikan khusus untuk mengurutkan genom SARS-CoV-2, sebagian besar pekerjaan di AS saat ini dilakukan oleh para ilmuwan di pusat akademik seperti Broad Institute of MIT dan Harvard dan University of Washington.Â
Sejak awal tahun lalu, CDC telah bekerja untuk mengkarakterisasi virus SARS-CoV-2 dengan lebih baik dari sampel pasien. CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) bermitra dengan beberapa laboratorium akademis universitas, serta departemen kesehatan negara bagian dan lokal serta perusahaan diagnostik komersial, dalam kerja sama yang bernama Konsorium SARS-CoV-2 Sequencing for Public Health Emergency Response, Epidemiology and Surveillance (SPHERES). "Jika kami mengurutkan satu dari 200 kasus, maka kami kehilangan banyak informasi. Jika kami mengurutkan sekitar 20% kasus, maka kami mungkin mulai melihat sesuatu dan kami akan berada di permainan bola untuk menemukan varian baru. Kami mungkin bisa melakukannya dengan lebih baik." kata Baric.
Negara lain juga sedang mengupayakan upaya ini. Inggris telah lama menjadi pemimpin dalam pengurutan genetik, dan kemungkinan besar karena upaya mereka mampu mengidentifikasi varian baru secara relatif cepat setelah muncul. Secara global, para ilmuwan juga telah memposting urutan genetik dari SARS-CoV-2 ke database GISAID publik.
Negara lain juga sedang mengupayakan upaya ini. Inggris telah lama menjadi pemimpin dalam pengurutan genetik, dan kemungkinan besar karena upaya mereka mampu mengidentifikasi varian baru relatif cepat setelah muncul. Secara global, para ilmuwan juga telah memposting urutan genetik dari SARS-CoV-2 ke database GISAID publik.
Di Indonesia, Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Supolo Sudoyo dan timnya sedang melakukan pengawasan terhadap genom baru dari virus ini. Namun, sejauh ini surveilans genomik yang dilakukan dinilai masih sangat minim, bisa jadi virus baru ini sudah menyebar di Indonesia namun  belum terdeteksi.