Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Fast Fashion, Pakaian Bekas dan Dampaknya pada Lingkungan

30 November 2020   10:45 Diperbarui: 3 Desember 2020   20:58 2419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan Do-It-Yourself, atau "DIY," mendorong banyak akal daripada membeli yang baru. Toko barang bekas adalah sekutu alami DIY-er, yang berfungsi sebagai sumber berharga dan terjangkau untuk bahan yang dibutuhkan untuk proyek ini.

Untuk para fashionista di seluruh dunia, "one of a kind princess" adalah mereka yang fit dengan setiap jenis pakaian, mau bekas kek... branded kek... ga masalah. Lebih sering daripada tidak, barang-barang keren dan trendi biasanya datang dengan harga yang mahal dan bisa menguras kantong. 

Ini adalah keputusasaan utama bagi para fashionista dengan anggaran terbatas. Untungnya, toko barang bekas menawarkan unsur pakaian yang unik, trendi, dan berkualitas dengan harga yang lebih murah daripada Retail.

Seperti kebanyakan hal di abad 21, belanja barang bekas dapat dilakukan secara online melalui toko konsinyasi digital seperti thredUP, ada Tokopedia di Indonesia, maupun instagram. Padahal, 60 persen konsumen mengatakan mereka lebih suka membeli barang bekas secara langsung.

Gen Z dan Gen Y, kabarnya, lebih peduli tentang perubahan iklim dibandingkan dengan generasi yang lebih tua. 

Menurut laporan "The State of Fashion 2019" oleh McKinsey, "Sembilan dari sepuluh konsumen Generasi Z percaya bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mengatasi masalah lingkungan dan sosial." 

Dalam industri fesyen, banyak merek terpanas di pasar, seperti Reformation dan Everlane, adalah merek yang berusaha untuk memperlakukan pekerjanya secara etis, untuk meminimalkan konsumsi sumber daya seperti air, dan untuk mengurangi dampak lingkungannya dengan menggunakan kain daur ulang dan metode produksi yang tidak terlalu beracun. 

Namun, merek-merek yang etis ini seringkali jauh lebih mahal daripada merek fast-fashion. Oleh karena itu, toko barang bekas menjadi surga bagi konsumen yang sadar lingkungan dan etis yang tidak memiliki sumber daya untuk beli merek tersebut.

Fast-fashion Vs Tanggung Jawab Konsumen

Meskipun permintaan akan gerai barang bekas mungkin telah meningkat sebagai akibat dari pergeseran budaya yang lebih baru, pasokan pakaian untuk mengisi rak tidak selalu berkurang. 

Orang sekarang membeli lebih banyak pakaian daripada sebelumnya, sebagian besar karena fesyen saat ini jauh lebih murah daripada di masa lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun