Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Bahasa Mempengaruhi Cara Berpikir Kita tentang Waktu dalam "Arrival"

21 Oktober 2020   06:03 Diperbarui: 6 November 2020   21:14 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film Arrival (imdb.com)

Melingkar. Plot campuran yang tak terduga namun terpola dengan sangat rapi.

Saat pertama lihat posternya di imdb, saya pikir, film yang dirilis pada tahun 2016 ini merupakan film tentang mendaratnya alien di bumi, dengan segala aksi perang yang akan disajikan ala Battleship (2012), di mana Rihanna dan Taylor Kitsch melompat sana-sini menembak, meninju dan mendang alien. 

Mirip sih posternya. Ada gambar pesawat alien misterius aneh yang menjulang tegak, lalu Forest Whitaker yang mengenakan seragam militer, dan Jeremy Renner yang sedang identik dengan aksi yahud, jadi salah prediksi saya kalau ia bakalan beraksi seperti Taylor Kitsch dalam Battleship. 

Tapi ternyata Arrival mengecewakan dugaan saya. Sangat berberbeda. Film ini menyajikan cerita yang beratnya minta ampun, lalu secara tak terduga rasa fiksi ilmiahnya berkurang di akhir film berubah menjadi drama yang bikin mata basah. 

Banyak gagasan fiksi ilmiah yang ditanamkan sutradara Denis Villeneuve --yang terkenal gemar mengangkat ide besar-- di film ini. Tapi, saya hanya akan menyorot salah satu ide besarnya saja yaitu bahasa, lebih spesifiknya: bahasa mempengaruhi cara berpikir kita mengenai waktu.

Cerita film berkisar pada Dr. Louise Banks (Amy Adams), seorang ahli bahasa yang dipanggil untuk memimpin tim ilmuwan dalam mempelajari bahasa asing, setelah 12 obelisk misterius muncul di langit. Louis dan timnya akhirnya berhasil naik ke salah satu obelisk dan bertemu dengan dua alien di dalamnya. 

Alien tersebut disebut heptapoda, karena tujuh kaki mereka. Saat Banks mempelajari bahasa mereka, dia menemukan bahwa kalimat yang mereka tulis berbentuk lingkaran dapat dibaca mulai dari mana saja di dalam lingkaran. Contoh: Jika kita menulis kalimat seperti "Dia pergi ke kampus" yang ditulis melingkar bisa juga dibaca "kampus. Dia pergi ke.. ", atau kombinasi lainnya. 

Sulit memang membayangkan bagaimana mereka bisa saling mengerti dengan bahasa seperti itu. Tapi, otak alien mereka telah terlatih untuk bahasa seperti itu, jadi bisa dipahamilah. Oleh karena itu butuh seorang yang otaknya telah terlatih untuk mempelajari bahasa baru, seperti Louise. 

Semakin memahami dan menggunakan bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengan para alien, cara berpikir Louise pun berubah. Alhasil, cara Louise melihat dan mengalami waktu pun berubah, sama sekali baru, mengikuti cara heptapod melihat dan mengalami waktu. Ia melihat dan mengalami waktu yang melingkar.

Konsep Waktu

Sebagian besar dari kita menyetujui teori bahwa waktu mulai dari sebuah titik awal dan mengalir ke sebuah titik akhir, linear. Tidak ada yang bisa menentangnya. Namun, bicara mengenai waktu adalah hal yang sangat rumit, dikarenakkan belum ada definisi tepat tentangnya.

Waktu bisa berarti sebuah alamat atau posisi dalam sebuah garis waktu. 

Contoh : Ada yang bertanya "Jam berapa sekarang?", lalu kita menjawab "Jam 3" artinya kita sedang berada di titik posisi jam 3 di hari ini.

Waktu bisa berarti jumlah durasi.

Contoh : Ada yang bertanya "Berapa waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sana?", kita menjawab "3 jam" artinya kita membutuhlan jumlah durasi sebanyak 3 jam untuk menempuh perjalanan tersebut.

Waktu merupakan sebuah dimensi

Yang satu ini dicetus Einstein lewat teori relativitas mengenai dimensi ruang-waktu. Einstein mengemukakan bahwa ruang dan waktu merupakan satu keutuhan dimensi layaknya dua sejoli yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dunia terbentuk oleh 3 dimensi ruang + 1 dimensi waktu yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. 

Dimensi ruang-waktu pun bisa membengkok, jika kita punya cukup energi untuk membengkokannya. Jadi bisa saja di suatu tempat di alam semesta, galaxi lain misalnya, terdapat lipatan  ruang-waktu yang  mengakibatkan waktu yang tidak linear. Dan teori ini telah terbukti benar, dan terima kasih, karenanya kita bisa menikmati internet untuk baca kompasiana saat ini. 

Kemudian ada pemikir usil yang berpikir aneh, bagaimana seandainya ruang-waktu dari semesta pada hakekatnya membengkok sehingga kedua ujungnya bertemu dan membentuk lingkaran? Yap. Benar sekali. Kita hidup di lingkaran waktu yang terus berulang tidak ada habisnya. Coba bayangkan, berlari dalam sebuah lintasan berbentuk lingkaran, sekeras dan sejauh apapun kita berlari, akan tetap kembali ke tempat semula. 

Tapi kalau mau dilihat, tidak usil-usil amat juga pemikir aneh kita ini. Ilmu pengetahuan kita telah memprediksi bahwa galaxi kita pada akhirnya akan hancur, menghasilkan big bang baru lalu tercipta kehidupan baru lagi, kemudian hancur lagi, tercipta baru lagi, dst..dst..dst.. sampai tak terhingga.

Berdasarkan pemikiran ruang-waktu melingkar tersebut,  muncul (lagi) ide fiksi mengenai lingkaran waktu (time loop) yang tidak berujung. Aliran waktu digambarkan seperti sebuah lingkaran yang tidak memiliki titik awal maupun akhir. Ide lingkaran waktu ini yang kemudian diangkat oleh Ted Chiang (seorang penulis fiksi ilmiah Amerika) dalam cerpennya "Story of Your Life" dan menjadi dasar dari film Arrival.

Hubungan Bahasa dan Cara Berpikir Kita Tentang Waktu dalam Arrival

Di artikel sebelumnya (Sengkarut Bahasa Blog Berguna Banget Loh), saya sempat mengulas tentang bagaimana perbedaan bahasa mempengaruhi cara pandang kita mengenai waktu. Contoh:

Penutur bahasa Indonesia akan mengurut arah waktu dari kiri ke kanan karena cara tulis kita yang berawal dari kiri lalu berakhir ke kanan;

Penutur bahasa bahasa Arab akan mengurut waktu dari kanan ke kiri karena alasan yang sama, cara tulis mereka dari kanan ke kiri;

Keduanya bersifat egosentris, mengikuti arah tubuh ke manapun kita berpaling.

Sedangkan suku Kuuk Thaayorre selalu mengurut waktu dari Timur (matahari terbit) ke Barat (matahari tenggelam) ke manapun tubuhnya berpaling, karena dalam bahasa mereka tidak ada kata kiri dan kanan. Beda bahasanya, beda pula cara pandang waktunya.

Meskipun berbeda, ada satu kesamaan di antara ketiganya. Ketiga penutur --termasuk semua yang sedang membaca artikel ini-- sama-sama manusia. Apapun kalimat yang kita gunakan selalu bermula di satu titik dan berakhir di satu titik yang menjauh dari titik awal. Selalu membentuk garis lurus. Ada titik awal dan titik akhir.

Hal ini mempengaruhi perpekstif kita terhadap waktu. Karena cara berbahasa yang lurus ini, membuat kita mengalami waktu dengan cara yang linear pula. Karena itu tadi, bahasa mempengaruhi cara pandang kita terhadap waktu.

Terus bagaimana dengan heptapod? Seperti yang sudah diutarakan di atas, beda bahasa, beda pula perspektif penuturnya mengenai waktu. Karena bahasanya yang berbentuk lingkaran, heptapod mengalami waktu yang berbentuk lingkaran pula. Masa kecil, remaja, tua, kematian, di masa manapun mereka berada, merupakan awal sekaligus akhir dari kehidupannya. Seluruh posisi waktu adalah masa lalu, masa kini, dan masa depan secara bersamaan. Dengan kata lain, tidak ada masa lalu, kini, dan nanti.

Kesimpulan

Ide besar dalam film Arrival adalah bahwa sebenarnya kita hidup dalam lingkaran waktu. Pada hakekatnya, kita telah hidup di masa lalu, semenjak kesadaran kita terbentuk (pada saat kita lahir); masa kini; dan masa depan. 

Namun karena bahasa kita yang cenderung linear, membuat kita hanya mengingat pengalaman masa lalu dan masa sekarang tetapi tidak masa depan. Sebab kita harus melewati masa kini untuk mengetahui masa depan, dikarenankan kebiasaan membaca, menulis, dan menyampaikan bahasa kita yang menuntut urutan sehingga cara kita mengalami waktu pun menuntut urutan dan tidak bisa mulai dari sembarang titik seperti contoh kalimat "dia pergi ke kampus" di atas. 

Sedangkan alien berbeda, bahasa melingkarnya membuat mereka mampu mengingat semua pengalaman dari seluruh kejadian di seluruh masa hidupnya (masa lalu, masa kini, dan masa depan), di manapun waktu (masa) mereka berada. Setelah memahami bahasa heptapod, Louis pun mendapat kemampuan yang sama dengan mereka, untuk mengalami waktu sebagaimana adanya fiksi tersebut, melingkar.

Penilaian

Saya ikutan, gak mau kalah dengan pendapat kebanyakan penonton kalau film ini merupakan salah satu film fiksi ilmiah terbaik yang pernah dibuat. Cerpen Story of Your Life yang menjadi dasar film sendiri saja sudah menjadi salah satu karya fiksi ilmiah terbaik. Ted Chiang mengekplorasi satu ide kontroversial besar dan menciptakan sebuah kejadian dengan sangat teliti dan mendetail. 

Lalu Denis Villeneuve memvisualisasikannya dengan sangat baik pula. Menekankan dengan jelas betul filiosfi bahasa dan waktu yang melingkar dengan teliti dan mendetail kepada penonton. Misalnya, film sengaja dibuat dimulai dan diakhiri dengan adegan yang sama, sampai detail kecil seperti visualisasi bahasa heptapod yang berbentuk sebuah lingkaran sampai detail kecil seperti penamaan nama tokoh "Hannah" yang merupakan sebuah palindrom. Karena suka ikut-ikutan dan gak mau kalah, maka saya akan memberikan nilai dan menutup tulisan ini dengan kata yang sama dengan kata pertama artikel.

Nilai 8,8 untuk skala linear 1-10 yang tidak melingkar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun