Sayangnya teori yang diungkapkan Rocky tersebut sudah usang.
Dungu sekali (meminjam kata-kata Rocky) menyamakan keadaan saat ini dengan setengah abad lalu.
50 tahun silam belum ada internet, android dan media sosial, apalagi facebook, twitter, whatsapp, telegram dan sepupu-sepupunya.
Hari ini ketika setiap orang memiliki akses ke sumber informasi dan data yang melimpah, setiap orang bisa menciptakan informasinya sendiri.
Bukan hanya penguasa yang bisa membuat kebohongan nyaris sempurna, setiap orang punya peluang melakukannya, itu dibuktikan dengan kasus Ratna Sarumpaet.
Bahkan, siapa pun yang terhubung ke dunia maya dari berbagai latar belakang pendidikan dan pemikiran, mampu membuat dan menyebarkan kebohongannya ke tengah publik.
Bagi saya tidak mengherankan ketika teori Rocky kadaluarsa, karena teori Rocky merujuk, atau malah hasil copy paste, dari teori Foucault yang meninggal hampir setengah abad silam.
Dalam kesempatan lain, Foucault mengutip kalimat ikonis Nietzsche bahwa "Tuhan telah mati". Â Foucault memaknai "kematian Tuhan" itu sebagai rontoknya, atau hancurnya, belenggu yang membatasi manusia. Bagi Foucault hasilnya adalah manusia menjadi makhluk dengan kebebasan tak terbatas dalam menjalani kehidupannya.
Sementara itu beberapa pernyataan Rocky menunjukkan kesepahamannya dengan Foucault mengenai pandangan kebebasan manusia yang tak terbatas tersebut. Pernah berkata Rocky Gerung bahwa 'Demokrasi adalah kebebasan yang dilembagakan", dalam kesempatan lain dia juga berkata bahwa "Demokrasi membutuhkan liberalisme". Menurut Rocky kebebasan dalam hidup demokrasi adalah keniscayaan yang pasti, dan negara kita demokrasi bukan?
Lalu yang paling terkenal adalah "Kitab suci sebagai fiksi", Rocky menggiring pemahaman bahwa dengan posisi sebagai fiksi, pembaca kitab suci memiliki kebebasan menafsirkan isi sesuai imajinasinya. Padahal kitab suci agama mana pun, terlebih Al-Quran, ada kaidah-kaidah penafsiran dan tidak membolehkan kebebasan imajinasi pembaca dalam menafsirkannya, kecuali dengan keilmuan dan otoritas khusus, karena adanya keterkaitan kitab suci dengan Nabi (sebagai pembawa pesan suci) dan Tuhan.
Di benua asalnya, pemikiran Foucault banyak menerima kritik karena terlalu negatif, tidak obyektif, dan dinilai amoral oleh sebagian pihak.