Mohon tunggu...
Dea Aprillia Purwanto
Dea Aprillia Purwanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

little dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Perpustakaan di Tengah Tren Baca Buku Digital

27 Juni 2022   22:06 Diperbarui: 27 Juni 2022   22:24 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dimana berdasarkan data dari pemerintah kota pekalongan (Tim Komunikasi Publik, 2022) pemustaka melakukan kunjungan offline sebanyak 26.741 (41%) sedangkan secara online sebanyak 37.786 (59%). 

Berdasarkan statistik data kunjungan website perpusnas.go.id pada tahun 2021 (Kunjungan Website Perpusnas.Go.Id, 2021) menampilkan kunjungan tahunan sebanyak 426.288 orang, dengan 127.678 orang diantaranya melakukan kunjungan kembali (returning visit) dan sebanyak 91.535 orang melakukan kunjungan pertama kali (first time visit.)

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, mengungkapkan bahwa generasi millenial sangat akrab dengan teknologi. Mereka dapat dengan mudah langsung mencari apapun melalui gawai mereka tanpa perlu pergi kemanapun. 

Hal tersebut dapat dijangkau karena adanya platform digital berupa aplikasi yang menyediakan sejumlah informasi, sumber referensi, hingga bahan bacaan untuk menunjang kemampuan dan pemenuhan informasi mereka. Aplikasi tersebut diantaranya yang paling dikenal Gramedia Digital, Kindle, Storial.co, Aldiko, Nook, dan lain sebagainya.  

Menurut hasil survei yang dilakukan Gramedia Digital pada saat 2019 lalu (Hadiyanti, 2019), menyatakan jika 85% dari total responden user media digital lebih menggemari e-book sebagai media digital daripada media lainnya. Urutan kedua yaitu menonton film secara online (streaming) persentasenya sebesar 67% dan selanjutnya e-magazine dengan presentase sebesar 65%.

Untuk itu eksistensi perpustakaan harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Perpustakaan harus mampu bersaing dengan sejumlah platform digital yang menawarkan informasi hingga buku dan jurnal referensi. Dengan adanya teknologi digital, dapat mempermudah pembaca dalam penemuan informasi. 

Hal itu juga berdampak positif untuk perpustakaan yang dapat lebih bebas menjangkau semua orang dan tidak terbatas dengan wilayah (all-connected). 

 Mungkin ketika kita sekolah dulu saat membaca buku entah itu buku novel ataupun buku materi pembelajaran dapat dibaca dalam bentuk buku fisik. Bentuk buku fisik itu berupa lembaran -- lembaran kertas yang disatukan agar dapat dibaca oleh sejumlah orang. 

Dimana buku yang halamannya cukup banyak maka buku tersebut menjadi tebal dan berat sehingga jika dibawa kemana -- mana cukup kurang disarankan. Sehingga untuk baca buku itu lebih sering secara langsung di perpustakaan.

Namun, Pandemi Covid-19 telah membatasi segala aktivitas tiap individunya, terlebih terdapat pembatasan sosial berskala besar yang diterapkan di Indonesia. Kedatangan pandemi yang tidak terduga selaras dengan kemajuan teknologi yang cukup pesat. Hal itu memaksa kita untuk membatasi mobilitas dengan hanya dirumah saja. 

Segala sesuatu yang pada awalnya dilakukan secara langsung (offline) kini berubah menjadi secara digital (online). Bahkan itu sangat berdampak bagi segala aspek, khususnya bagi perpustakaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun