Mohon tunggu...
Dea Amanda Putri
Dea Amanda Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Dea Amanda Putri

Dea Amanda Putri XII MIPA 1

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Choice

24 Februari 2021   09:41 Diperbarui: 24 Februari 2021   09:58 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I. PROLOG


      Jika bagi kebanyakan anak perempuan, Ayah adalah cinta pertama dan lelaki idaman yang kelak ingin mereka temui di masa depan, maka Valerie tidak seperti itu bahkan dia berharap tidak bertemu dengan lelaki seperti Ayah nya di masa depan. Selama 17 tahun hidup nya dia sudah melihat betapa jahat nya perlakuan Ayah nya terhadap Ibu nya. Namun, entah apa yang di fikirkan Ibu nya, Ibu nya sama sekali tidak ingin berpisah dengan Ayah nya itu.

      Semua ini berawal saat Valerie tidak sengaja mendengar pertengkaran kedua orang tuanya saat dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Valerie Shanaya perempuan cantik dan murah senyum yang lahir dari seorang rahim wanita yang berkepribadian lembut dan sangat penyabar. Valerie tidak memiliki kakak ataupun adik, dia anak tunggal dia hanya memiliki teman yang tinggal di dekat rumahnya mereka adalah Baron, Natha, dan Raya. Valerie adalah anak perempuan kuat dan ceria di luar rumah, tetapi jika sudah kembali ke rumah dia hanyalah anak perempuan yang menyimpan banyak kesedihan karena perilaku Ayah nya terhadap dia dan Ibunya.


      Dulu Valerie pun sama seperti kebanyakan anak perempuan di luar sana, mengagumi sosok Ayahnya. Ayah Valerie dulu sangat lah baik, lembut, dan sangat menyayangi dia dan Ibu nya. Tetapi, itu tidak bertahan lama, singkat nya Ayah Valerie bertemu kembali dengan seseorang di masa lalu nya yang membuat dirinya buta dan melupakan kehadiran Valerie dan Ibunya.

II. The Begin


     Kala itu pada dini hari pukul 02.00 WIB Valerie tidak sengaja terbangun dari tidur nya karena merasa tenggorokan nya sangat kering, alhasil dengan langkah kaki yang pelan dan mata yang masih sedikit tertutul Valerie berjalan ke arah dapur untuk mengambil air minum. Namun tiba-tiba telinganya mendengar sesuatu yang ribut di arah kamar orang tuanya. Karena rasa penasaran nya Valerie pun menempelkan telinga nya kepada pintu kamar orang tua nya.


     "Sudah saya bilang tidak usah banyak bertanya, apa kamu tidak mengerti hah? saya lelah," kata-kata itu berasal dari mulut seorang lelaki yang selama ini selalu Valerie banggakan karena kehebatan nya. Namun, suara yang saat ini di dengar oleh nya membuat Valerie terkejut karena bentakan yang di layangkan kepada Ibunya.


     "Kamu ini sudah memiliki anak, tolong sadar. Sudah bukan lagi masanya untuk kamu bermain wanita seperti ini," suara ini jelas suara lembut Ibunya. Seketika suara lembut Ibunya berubah menjadi suara yang penuh kekecawaan dan bergetar. Valerie rasanya sudah tidak sanggup lagi mendengar semuanya, dengan mata yang sudah mengeluarkan cairan bening dia berlari kembali ke kamarnya.


     Cahaya yang berasal dari jendela kamarnya menyilaukan pandangan Valerie sehingga membuat Valerie terbangun, "rasanya aku baru tertidur selama satu menit." Semalaman Valerie menghabiskan waktunya untuk menangisi pertengkaran kedua orang tuanya, alhasil dia kekurangan tidur dan membuat kedua matanya terlihat membengkak akibat tangisan nya semalam.


     "Riri sayang, ayo kita sarapan nak," panggilan lembut dari sang Ibu sambil mengetuk pelan pintu kamarnya.
     "Iya baik bu, Riri mandi dulu," dengan langkah kaki yang malas Riri pun menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan setelah itu bergabung sarapan dengan orang tuanya di bawah.


     Setelah selesai dengan kegiatan mandi paginya Riri pun segera menghampiri Ibunya di ruang makan yang sedang mempersiapkan sarapan, dan juga ada Ayahnya yang sudah duduk menunggu makanan siap dan juga menunggu kedatangan Riri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun