Saat Jenie meninggalkan ruangan, seorang pria berjaket kulit bersandar di dinding. Ia berkata bahwa Jenie seharusnya tidak berbohong kepada Grace.
Jenie tidak menggubris dan berjalan pergi. Pria itu pun berusaha menyusulnya dengan pertanyaan mengenai rencana restorasi dan balas dendam.
"Kau tahu, Al. Kehilangan satu-satunya orang yang kita cintai itu sangat menyakitkan. Kau tak akan bisa mengerti. Dan kau tahu, perempuan itu baru saja pulih."
"Kenapa kau memilihnya untuk bergabung?"
"Entah, aku meyakini dia mampu dan memiliki tekad yang sama denganku. Aku merasakan dia memiliki kemampuan yang terpendam."
***
Rombongan pejabat sedang melintasi pemukiman Kota Zero dengan pengawalan yang sangat ketat. Di hari itu, diadakan sebuah pertemuan besar untuk membahas proyeksi penyelesaian akar masalah pandemi wabah. Tampak seorang seperti tunawisma yang kurang waras mengolok-olok rombongan yang melakukan peninjauan dengan berjalan kaki.
Dia bernyanyi dengan nada sumbang, "Manusia membayar semuanya. Sisa-sisa. Sia-sia. Percuma. Hutan hancur lebur, binatang mati. Hayo siapa yang jadi tumbuhan? Manusia ditanam. Hayo siapa yang akan jadi binatang? Anda mau Presiden?"
Presiden bertanya kepada Wali Kota Zero, "Bagaimana bisa orang gila itu bisa berada di kota ini? Bukankah para pemilik bunker menarik harga yang begitu tinggi?"
"Izin Pak Presiden, dia adalah ayah dari salah satu pemilik saham terbesar proyek Kota Zero ini," jawab Wali Kota. "Anda tidak perlu khawatir, Pak Presiden. Semua penduduk di kota ini telah dinyatakan bebas dari virus melalui penelitian medis."
Nyanyian tunawisma itu terhenti, "Hai, Nona. Apa orang tua sepertiku ini baru pertama melihatmu di kota ini?"