Grace terbangun dari tidurnya yang panjang selama seminggu. Ia merasa linglung dan mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi. Ayahnya tidak diketahui keberadaannya.
Sebuah tim medis datang untuk memeriksa kondisi fisik Grace. Suster Jenie merawat Grace selama seminggu dan memberitahunya bahwa ayahnya masih tertahan di pusat isolasi. Mendengar itu, Grace menghela napas.
"Darimana asal virus ini, Sus? Apakah virus ini ciptaan manusia?" tanya Grace.
Jenie hanya tersenyum dan melepaskan infus yang terhubung ke tangan Grace. "Besok kamu boleh pulang. Kamu memiliki kekebalan tubuh yang cukup untuk menangkal virus yang telah bertarung di dalam tubuhmu selama seminggu ini. Namun, kamu harus tetap berhati-hati karena virus ini telah bermutasi."
Grace bertanya lagi, "Apakah orang seperti saya dilarang mengetahui asal muasal virus ini?"
Jenie memberitahu Grace bahwa virus ini berasal dari mutasi virus orangutan yang sengaja dilakukan oleh seseorang yang belum diketahui siapa pelakunya. Virus ini seperti virus monyet gila yang menular melalui nyamuk malaria.
Beberapa tahun lalu, para peneliti menduga bahwa kepunahan populasi orangutan disebabkan oleh adanya kelompok yang menciptakan virus dan melakukan ujicoba kepada orangutan.
Meskipun dugaan kuat mengarah pada faktor kedua, pemerintah enggan mempublikasikan hasil penelitian tersebut karena takut akan memperkeruh krisis ekonomi dan berkepanjangan.
Kota Zero dipersiapkan dengan sedemikian rupa oleh pemerintah yang telah mengetahui apa yang akan terjadi saat ini.
Jenie menjelaskan bahwa ia adalah salah satu tim peneliti yang berhasil melarikan diri. Rekan-rekannya yang tergabung dalam tim penelitian dibantai tanpa rasa kemanusiaan setelah mengungkap kejahatan tersebut.
Grace terkejut dan bertanya tentang rekan-rekan Jenie. Jenie menjawab bahwa mereka semua telah meninggal. Posisinya seharusnya diisi oleh saudara kembarnya, namun ia yang terpilih. Ia memberikan kartu namanya kepada Grace untuk membantunya di masa depan.