"ah, tubuh ini terasa lemas sekali, sudah tidak kuat rasanya" bergumam di dalam hati dengan badan yang sudah tidak berdaya.
Tiba-tiba Riski datang kerumahku.
"ngapain kamu tiba-tiba kesini?" sapaku dengan aneh
"tidak boleh? Hanya ingin melihat kalau kau hari ini baik-baik saja." Balasan Riski
"aku baik-baik saja"
Pada saat itupun tiba-tiba aku menyisirkan rambutku sendiri yang sudah sangat tidak terawat. Dari kejauhan, Riski menghampiriku dan berkata,
"katanya kau baik-baik saja? Bagaimana mungkin kau baik-baik saja kalau rambut kau saja rontok seperti ini?" dengan nada penuh perhatian dan sedih.
Akupun tidak menyadari bahwa rambutku semakin tipis.
Hari semakin berlalu tipesku semakin akut sampai saja rambutku ingin botak. Rasanya tubuh ini benar-benar sudah tidak memiliki semangat. Perhatian Riski yang membuatku semakin lama bersemangat bahwa aku akan sembuh. Sentuhan tangannya untuk merawatku terus terjalin tanpa pernah luput. Usaha mencarikan obat untukku semakin membuatku percaya bahwa malaikat tak bersayap untukku ada nyata.
Pikirku adalah dia akan meninggalkanku disaat aku sedang sakit parah sampai benar-benar tak berdaya. Tapi yang dia lakukan selalu ada untukku.
Sampai saat dimana aku sudah merasakan badan enak. Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi dengannya sekalian mencari hiburan di luar.