Berjalan menuju Desa Sitiwinangun adalah nama desa di salah satu kota Cirebon yang memiliki penghasilan dimana setiap rumah membuat kerajinan tangan gerabah. Pembuatan gerabah yang bervariasi mulai dari tahap mudah sampai tahap yang susah. Bagi orang yang memiliki keinginan menjadi pengrajin gerabah hebat konon ada syaratnya, yaitu harus mengelilingi kuburan yang dipercayai masyarakat sekitar sebanyak tiga putaran tanpa bernafas dan membawa gerabah. Bagi mereka yang berhasil maka akan menjadi pengrajin gerabah yang hebat. Namun, bagi mereka yang gagal maka mereka akan menjadi pengrajin gerabah yang kecil. Mitos ini sudah tertanam sejak dahulu sampai sekarang dan itu terbukti. Seiring berjalannya waktu setiap rumah di Desa Sitiwinangun pun tidak kembali menjadi pengrajin gerabah karena karet mulai masuk ke dalam desa tersebut. Tetapi semua itu bukanlah alasan untuk menghilangkan cap gerabah pada desa ini. Setiap tahun desa ini mendapatkan banyak permintaan untuk membuat profil baik dari stasiun televisi maupun dari mahasiswa. Desa Sitiwinangun sudah dinyatakan sebagai desa yang memproduksi gerabah tercepat.
Menopang lelah tubuh ini akhirnya dapat beristirahat dan sejenak membersihkan diri di Hotel Ibis. Letaknya yang strategis berdekatan dengan stasiun Cirebon dan alun-alun Kejaksaan yang dapat ditempuh dengan jalan kaki. Setiap sore hari kamar selalu dibersihkan, handuk yang akan secara otomatis diganti, dan air mineral yang selalu bertambah. Sekitar Hotel ini pun dapat dijadikan destinasi hanya untuk sekedar ingin mengetahui suasana malam hari yang sejuk di Kota Cirebon dan menghirup udara malam.
Bunyi telepon pagi hari disetiap kamar menandakan bahwa harus bangun dari istirahat. Embun menyambut semu dari berbalik jendela yang sangat hangat. Kembali memberikan oksigen baru pada pagi hari. Sarapan tersedia memberikan aroma perut kosong ingin menyantapnya dan untuk mengisi tenaga selama perjalanan hunting.
Bergegas menuju daerah dimana selain sebagai tempat produksi juga terdapat prosesnya. Di Batik Trusmi banyak beberapa rumah yang menghasilkan kreatifitas di atas kain dalam bentuk batik. Prosesnya pun mulai dari menggambar motif diatas kain untuk batik tulis, proses cap untuk batik cap, mencanting, pewarnaan dasar menggunakan obat naptol dan indigo, menutup motif dengan malam, proses pelorodan, mencuci dan dijemur sampai kering. Namun, sayang sekali disini tidak mendapatkan proses mencolet. Proses tersebut memiliki ahlinya di masing-masing bidang. Rasanya kalau tidak mencoba kurang menyenangkan, akhirnya mencoba pada tahap proses pengecapan. Hal ini mengingatkan pada saat Sekolah Menengah Atas yang setiap tahunnya membuat batik sendiri. Dalam membatik mengajarkan untuk menghargai sebuah proses agar dapat menjadi sebuah karya yang bernilai.
Berpindah menuju stasiun Cirebon dan Balai Kota lalu menyebar mencari sebuah momen yang akan ditangkap. Disini mudah sekali dalam mengamati masyarakat dari Cirebon. Dalam konteks ini harus lebih peka terhadap lingkungan dan harus belajar bersosialisasi dengan masyarakat Cirebon. Dengan sungguh-sungguh berjalan akhirnya lelah melanda tubuh ini. Terlihat dari kejauhan tiang berwarna merah putih yang bertuliskan alfamart, tanpa berfikir lama pun akhirnya memutuskan untuk membeli sesuatu yang segar dan hanya sekedar memberi kesejukan pada tubuh ini.Â
Menggunakan kaos berwarna biru dongker dengan logo Atvi dikombinasikan dengan kaos panjang didalamnya bermotif belang-belang horizontal, celana levis panjang yang melekat, jilbab berwarna biru dongker pula, sepatu bertali, membawa tas berwarna merah hati, menggunakan topi berwarna hitam, membawa kamera dikalungi dan kartu identitas serta tidak lupa menggunakan masker untuk menjaga dari bau menyengat. Semua melekat pada tubuh ini. Dengan pikiran positif, bernyanyi, bergurau menghilangkan rasa lelah berjalan kaki menuju TPI Bondet. Perlu waktu setengah jam untuk sampai tujuan.
Setelah menyantap makan malam dan akhirnya tubuh ini beristirahat sejenak. Pagi pun menyambut dengan penuh kesejukan. Kali ini paginya terlalu gelap karena menuntut akan berburu matahari terbit. Dengan kondisi baru bangun tidur, belum berganti pakaian dan badan belum di bersihkan menuju sebuah tempat yang sangat indah untuk melihat matahari terbit.
Melangkah ke Situs Purbakala Cipari yang terletak di Kabupaten Kuningan merupakan situs peninggalan megalitikum. Tempatnya yang tidak terlalu luas sehingga sedikit yang di eksplorasi. Batu-batuanya pun sedikit tidak terlalu banyak dan ada beberapa batuan yang bukan asli tetapi tiruan. Setiap berjalan, kanan kiri yang dilihat yaitu batu-batuan megalitikum. Ada batu menhir, kubur batu dan lain-lain. Suasana di sini tidak panas karena letaknya yang ada di kaki gunung. Tersedia jajanan kecil di depan situs ini sehingga perut tidak akan pernah merasa kosong kalau kesini.