Karena kesibukan kerja waktu itu yang semakin banyak, maka kadang saya berhenti menulis, dan bila ada waktu luang saya kembali menulis. Dan biasanya kalo lagi pusing dengan rutinitas kerjaan, saya akan menulis lagi. Tapi kadang bukan lanjutin ceritera ini tapi waktu ide baru muncul saya tulis .
Terkadang saya membaca kembali dan berpikir tulisan saya ngak penting, tidak bagus..maka saya berhenti. Lalu fokus pada ide lain.
Tahun lalu 2016, sebenarnya sudah selesai, tapi saya bingung mau buat akhir ceritanya bagaimana. Saya jadi malas untuk menlanjutkannya... sampai suatu saat bulan april saya berjumpa dengan salah satu rekan kerja saya dahulu yang lagi senang menulis buku namanya pak Aleks Runggeary.
Perkenalan kami memberikan saya semangat baru untuk kembali menulis. Dan pada bulan April -- Mei perusahaan kami mengalami masalah dimana banyak karyawan di rumahkan, suasana tempat kerja seolah-olah kehabisan semangat bekerja. Maka kesempatan itu saya putuskan untuk segera menyelesaikan buku itu. ( tak sampai seminggu) selesai.
Dan saya menghubungi Indie book Yogyakarta. Sebenarnya mencetak buku ini hanya untuk memotivasi diri saya saja. Hehehehe
Saya juga bersyukur sebab istri dan anak -- anak saya sangat support saya untuk menulis, bahkan putri saya yang berusia 7 tahun kadan meminta saya untuk menceritakan kisah dalam buku yang sedang saya tulis, sebelum tidur. Di rumah anak -- anak dan istri memberi ruang bagi saya saat menulis atau membaca.
Jadi sempat down istilahnya ya, ternyata bukunya disukai dan berkesan bagi banyak orang. Ada saran kah buat mereka yang sedang belajar menulis ?
Saran saya, semua orang mempunyai kemampuan untuk menulis. Jangan pernah menyerah. Teruslah menulis. Meski kadang kita merasa bahwa apa yang kita tulis itu mungkin tidak berguna. Konsisten dan focus untuk menyelesaikannya (DayuRifanto)
****
Johan Gandegoay
Kelahiran Manokwari dan lulusan STIEPAR YAPARI Bandung ini menulis novel perdananya yang mengambil latar kisah hidupnya, sekaligus bekerja sebagai Community Relation PTFI.