Mohon tunggu...
Davina Riska Suherman
Davina Riska Suherman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menggambar, mendengarkan musik dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Patriarki yang Menghancurkan Emansipasi Wanita

31 Oktober 2024   06:14 Diperbarui: 31 Oktober 2024   06:19 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto Gender Equality (dokumen pribadi)

"Kalo pendapat aku untuk saat ini, tentunya pasti masih banyak diskriminatif disekitar kita sama yang namanya gender ya," ungkap Ray. Ia menyoroti berbagai stereotip yang membatasi ekspresi emosional laki-laki. "Contoh kecilnya, cowok nggak boleh nangis, karena cowok harus kuat, karena cowok harus berani, dan karena cowok harus melindungi."

Ray juga menambahkan bahwa pandangan negatif terhadap laki-laki yang merawat diri masih sering ditemukan. "Bahkan ada pandangan yang mengatakan cowok yang merawat diri itu kayak cowok yang ke cewek-cewekan. Padahal kalau dilihat lebih lanjut, merawat diri itu hak semua orang," jelasnya.

Ia menegaskan bahwa hak untuk mengekspresikan emosi tidak terikat pada gender. "Namanya manusia mau siapapun itu, tanpa memandang gender, berhak yang namamnya untuk menangis. Berhak untuk mendapat perlindungan juga, mau itu perempuan atau bahkan laki-laki sekalipun" tegas Ray.

Pernyataan Ray mencerminkan pentingnya mengubah persepsi masyarakat tentang peran gender. Kesetaraan gender bukan hanya tanggung jawab perempuan, tetapi juga melibatkan laki-laki dalam mendobrak stereotip yang membatasi. Dengan meningkatkan kesadaran dan memahami hak setiap individu, kita dapat bergerak menuju masyarakat yang lebih adil dan setara. 

"Harapan saya yang pasti untuk di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang nanti, semoga enggak ada lagi yang namanya memandang sebelah mata, baik kepada perempuan atau laki-laki" ujarnya. Ia menekankan pentingnya pengakuan terhadap hak-hak setiap individu, tanpa memandang gender. "Karena baik wanita maupun pria, mereka berhak untuk yang Namanya mendapatkan apa yang menjadi haknya sebagai manusia."

Pernyataan Ray mencerminkan keyakinan bahwa kesetaraan gender adalah isu yang harus diperjuangkan bersama oleh semua orang. Dengan menghapuskan pandangan diskriminatif dan membangun kesadaran, diharapkan setiap orang dapat saling menghormati dan mendapatkan kesempatan yang sama. 

Harapan ini sejalan dengan upaya berbagai komunitas dan aktivis yang terus berjuang untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Dengan kolaborasi antara semua pihak, masa depan yang lebih setara dapat terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun