Mohon tunggu...
Davina Riska Suherman
Davina Riska Suherman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menggambar, mendengarkan musik dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Patriarki yang Menghancurkan Emansipasi Wanita

31 Oktober 2024   06:14 Diperbarui: 31 Oktober 2024   06:19 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto Gender Equality (dokumen pribadi)

Dikarenakan masih banyak Masyarakat di Indonesia yang masih memandang perempuan hanyalah sebagai objek, bukan sebagai subjek yang sebenarnya dapat berperan di dalam sebuah Masyarakat.

Meski masih banyaknya kekerasan yang didapatkan oleh perempuan akibat budaya patriarki, banyak juga di luar sana yang dengan lantang menyuarakan kesetaraan gender. Salah satu contohnya, Generasi Z. 

Mereka adalah satu diantara banyaknya Generasi yang menerima perihal kesetaraan gender. Bagi mereka kesetaraan gender bukan hanya perihal pria atau pun perempuan, namun memilki  artian yang lebih luas dan juga beragam. Hal seperti ini juga, yang memberikan pandangan terhadap inklusi dan kesetaraan gender dalam setiap aspek kehidupan, baik itu dalam dunia kerja, atau pun dalam pemilihan suatu produk dan layanan.

Generasi Z juga memang dikenal memiliki toleransi yang besar terhadap berbagai banyak perbedaan, seperti halny dalam ras, agama, orientasi seksual, dan identitas gender. 

Mereka menyadari pentingnya inklusi dan keadilan gender, serta berkontribusi dalam mendorong terciptanya masyarakat yang lebih adil dan terbuka. Generasi Z memanfaatkan media sosial untuk menyoroti berbagai isu sosial, termasuk kesetaraan gender, hak asasi manusia, dan perubahan iklim. Aktivisme mereka di dunia maya tidak hanya berfokus pada berbagi pendapat, tetapi juga pada peningkatan kesadaran dan penggerakan aksi nyata.

Dalam sebuah wawancara, seorang aktivis perempuan Gen Z Siti (20), mengungkapkan pandangannya mengenai situasi kesetaraan gender di Indonesia saat ini. "Menurut aku kalo ditanya gimana kesetaraan gender yang ada di Indonesia saat ini sih masih belum ada di tingkat yang cukup disadari sama publik, atau pemerintahan sih. 

Karena diskriminasi dan ketidakadilan ke perempuan dan laki-laki tuh masih terlihat jelas di muka umum, jadi belum meminimalisir gak adanya diskriminasi itu," ujarnya. Pernyataan ini menyoroti fakta bahwa meskipun kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender semakin meningkat, masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami dan mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu faktor yang berperan dalam memperjuangkan kesetaraan gender adalah media sosial. Siti juga menambahkan, "Menurut saya, saat ini media sosial tuh mengambil banyak peran dalam kesetaraan gender. 

Karena media sosial ini menjadi wadah atau platform bagi beberapa orang untuk menyuarakan pendapatnya mengenai kesetaraan gender." Media sosial telah menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan kesadaran, berbagi informasi, dan membangun komunitas yang mendukung perjuangan kesetaraan gender.

Meskipun tantangan akan terus ada, tetapi harapan untuk masa depan yang lebih baik tentunya akan tetap ada. Melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan media, diharapkan kesetaraan gender dapat terwujud secara lebih komprehensif. Penting untuk terus mendorong dialog dan tindakan nyata dalam mengatasi diskriminasi dan ketidakadilan demi menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara.

Tentunya kesetaraan gender sendiri juga berkaitan erat dengan para pria juga, karena tidak menutup kemungkinan bahwa diskriminasi kesetaraan gender dapat terjadi juga pada pria. Dalam diskusi mengenai kesetaraan gender, suara laki-laki juga memainkan peran penting. Ray, seorang pria berusia 31 tahun, berbagi pandangannya tentang diskriminasi gender yang masih berlangsung di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun