Mohon tunggu...
Davina Riska Suherman
Davina Riska Suherman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menggambar, mendengarkan musik dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Patriarki yang Menghancurkan Emansipasi Wanita

31 Oktober 2024   06:14 Diperbarui: 31 Oktober 2024   06:19 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto Gender Equality (dokumen pribadi)

Seperti contohnya, apa yang dilakukan R.A Kartini untuk memperjuangkan kaum perempuan di dataran Jawa, seharusnya sudah jelas dan membuka kedua mata dengan lebar. 

Bahwa perempuan juga berhak untuk bersuara, bahwa perempuan juga berhak untuk menolak sesuatu hal yang memang tidak sesuai dengan keinginannya, dan bahwa perempuan juga memilki hak untuk memperjuangkan hak -- haknya sebagai perempuan.

Banyaknya kebijakan yang diskriminatif disebabkan oleh masih adanya nilai-nilai dan konsep budaya patriarki yang menempatkan perempuan dan laki-laki dalam hubungan kekuasaan yang tidak seimbang, yang mengakibatkan diskriminasi gender. 

Selain itu, munculnya kebijakan diskriminatif terhadap perempuan juga merupakan hasil dari kurangnya pemahaman para pembuat dan perancang peraturan perundang-undangan mengenai perspektif kesetaraan gender.

Aztau, seorang aktivis berusia 27 tahun, menyampaikan pandangannya tentang kondisi ini dalam sebuah wawancara. "Yaa kalo dilihat dari sekarang sih posisinya masih belum maksimal ya untuk baik itu dari kesetaraan gender ataupun dari emansipasi wanita itu sendiri," ungkap Aztau. 

Ia melanjutkan, "Karena kan budaya patriarki di Indonesia ini tuh masih kuat banget di masyarakat. Jadi kayak belum bisa terlepas dari itu, meskipun banyak komunitas yang kayak menyuarakan hak-hak perempuan, hak-hak sebagai manusia, atau hak-hak perorangan gitu."

Aztau juga menekankan adanya salah paham di masyarakat mengenai konsep kesetaraan gender, menjadi salah satu penyebab budaya patriarki masih sangat kuat di Masyarakat Indonesia. 

"Contoh kecilnya, 'oh kalo misalkan perempuan mau disetarakan oleh laki-laki yaudah dong pipis aja di toilet pria'," jelasnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada upaya untuk meningkatkan kesadaran, masih banyak yang belum memahami esensi dari emansipasi wanita.

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa norma sosial yang mengikat perempuan dalam peran tradisional, seperti menikah dan memiliki anak, masih sangat melekat. "Karena ya itu, budaya patriarki memang udah melekat banget di masyarakat Indonesia. Kayak perempuan pokoknya nanti harus nikah, harus punya anak, harus ini itu. Pokoknya kayak udah di dikte harus kayak gitu," tegasnya. 

Kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender dan emansipasi wanita perlu ditingkatkan di semua lapisan masyarakat. Komunitas, pemerintah, dan individu harus bekerja sama untuk mengubah persepsi dan norma yang ada, agar perempuan dapat menikmati hak-haknya secara penuh dan setara dengan laki-laki.

Budaya partiarki bukan hanya membunuh seorang perempuan, tetapi juga membunuh seorang anak perempuan yang ingin bermimpi tinggi. Semakin banyak orang yang melegalkan budaya patriarki, emansipasi Wanita yang sudah diperjuangkan oleh Pejuang Wanita terdahulu seolah sia -- sia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun