Mohon tunggu...
DAVID NEHEMIA
DAVID NEHEMIA Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi

mari saling berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh FOPO terhadap FOMO dan Implikasinya

30 Juni 2024   15:20 Diperbarui: 30 Juni 2024   15:44 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Latar Belakang Masalah

Pada era digital yang semakin berkembang, istilah "FOPO" (Fear of Other People's Opinions) dan "FOMO" (Fear of Missing Out) menjadi sangat relevan, terutama di kalangan generasi muda Indonesia. FOPO merujuk pada ketakutan akan penilaian orang lain, sementara FOMO menggambarkan kecemasan akan ketinggalan tren atau pengalaman penting. Kedua fenomena ini berperan besar dalam membentuk perilaku dan sikap generasi muda saat ini. Ketakutan ini tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosional individu, tetapi juga menimbulkan berbagai dampak negatif pada aspek finansial, hubungan interpersonal, dan tingkat kepercayaan sosial.

FOPO dan FOMO: Definisi dan Korelasi

FOPO adalah ketakutan yang mendalam akan pandangan negatif dari orang lain, yang sering kali mendorong individu untuk bertindak demi mendapatkan persetujuan atau pengakuan sosial. Di sisi lain, FOMO adalah perasaan cemas karena merasa tertinggal atau tidak mengikuti tren atau kejadian penting yang dialami oleh orang lain. Kedua fenomena ini saling berkaitan dan saling memperkuat. Ketakutan akan penilaian orang lain (FOPO) dapat mendorong perilaku untuk selalu ikut serta dalam tren terbaru (FOMO), dan sebaliknya, kecemasan akan ketinggalan tren dapat memperkuat ketakutan akan penilaian negatif dari orang lain.

 Dampak FOPO dan FOMO

1.   Jeratan Pinjol 

   FOPO dan FOMO mendorong banyak individu untuk menghabiskan uang demi menjaga citra sosial dan ikut serta dalam tren terbaru. Ketika kemampuan finansial tidak mencukupi, pinjaman online sering kali menjadi solusi cepat dan mudah. Tanpa kesadaran dan pengetahuan yang memadai tentang bunga dan ketentuan pinjaman, banyak yang akhirnya terjerat dalam utang yang semakin besar. Misalnya, kebutuhan untuk memiliki gadget terbaru atau mengikuti liburan mewah yang sering dipamerkan di media sosial memaksa individu untuk mengambil pinjaman online demi mempertahankan citra mereka.

   Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa per akhir tahun 2022, ada lebih dari 22 juta akun pengguna pinjaman online di Indonesia, dengan total nilai pinjaman mencapai Rp260 triliun . Lebih dari 50% pengguna pinjaman online mengaku mengambil pinjaman untuk kebutuhan konsumtif, seperti pembelian gadget dan liburan . Akibatnya, beban utang yang menumpuk dapat menyebabkan stres finansial yang parah, mengganggu kesejahteraan mental dan emosional.

2.   Tingginya Angka Perceraian 

   FOPO dan FOMO juga mempengaruhi hubungan interpersonal, termasuk pernikahan. Tekanan sosial untuk mempertahankan citra sempurna di media sosial bisa mengarah pada konflik dalam hubungan. Banyak pasangan muda merasa harus menunjukkan kebahagiaan dan kesuksesan mereka, meskipun realitasnya berbeda. Ketidakmampuan untuk memenuhi ekspektasi ini sering kali memicu ketegangan dan perpecahan.

   Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka perceraian di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2022, terdapat sekitar 450.000 kasus perceraian, dengan mayoritas terjadi pada pasangan yang berusia di bawah 35 tahun . Penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi pada tingginya angka perceraian adalah tekanan sosial dan ekspektasi yang tidak realistis yang sering kali dipicu oleh media sosial . FOMO membuat individu merasa bahwa mereka mungkin kehilangan kesempatan untuk pengalaman lebih baik di luar hubungan mereka saat ini, mengarah pada keputusan impulsif untuk mengakhiri pernikahan.

3.   Minimnya Kepercayaan 

   FOPO dan FOMO turut berperan dalam menurunnya tingkat kepercayaan antarindividu, kepada institusi negara, dan bahkan kepada Tuhan. Ketika individu terlalu fokus pada penilaian orang lain, mereka menjadi lebih skeptis terhadap motif dan tindakan orang di sekitar mereka. Kepercayaan antarindividu menurun, mengakibatkan hubungan sosial yang rapuh dan kurangnya solidaritas.

   Kepercayaan kepada institusi negara juga terpengaruh. Banyak yang merasa bahwa pemerintah tidak mampu memenuhi ekspektasi atau melindungi kepentingan mereka, terutama dalam hal regulasi pinjaman online dan perlindungan konsumen. Survei Edelman Trust Barometer 2023 menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap pemerintah turun 10% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama di kalangan generasi muda . Dalam konteks spiritual, ketidakpuasan terhadap kehidupan yang dipengaruhi oleh FOPO dan FOMO bisa mengarah pada krisis iman. Individu yang merasa gagal memenuhi standar sosial mungkin merasa bahwa Tuhan tidak memperhatikan atau membantu mereka, sehingga mengurangi kepercayaan mereka terhadap agama dan kepercayaan spiritual.

  Hasil dan Kesimpulan

Pengaruh FOPO dan FOMO pada generasi muda Indonesia saat ini sangat nyata dan meresap ke berbagai aspek kehidupan. Dari jeratan pinjaman online, tingginya angka perceraian, hingga menurunnya kepercayaan kepada sesama, negara, dan Tuhan, fenomena ini mencerminkan tekanan sosial yang luar biasa yang harus dihadapi oleh generasi muda. Untuk mengatasi dampak negatif ini, diperlukan kesadaran kolektif dan upaya untuk memperkuat nilai-nilai kepercayaan diri, keuangan yang bijaksana, serta hubungan yang lebih autentik dan bermakna.

   Implikasi

Mengatasi dampak negatif FOPO dan FOMO memerlukan pendekatan holistik yang mencakup pendidikan, dukungan psikologis, dan perubahan budaya. Pendidikan tentang literasi keuangan dan dampak psikologis dari FOPO dan FOMO harus ditingkatkan untuk membantu individu membuat keputusan yang lebih bijaksana. Dukungan psikologis melalui konseling dan program kesehatan mental juga penting untuk membantu individu mengatasi tekanan sosial. Selain itu, perubahan budaya yang mendorong nilai-nilai autentisitas dan kepercayaan diri perlu ditanamkan sejak dini untuk mengurangi ketergantungan pada penilaian eksternal.

Jika tidak diatasi, FOPO dan FOMO akan terus mempengaruhi kesejahteraan generasi muda Indonesia, dengan dampak yang meluas pada berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, langkah-langkah preventif dan intervensi yang tepat sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat, bahagia, dan berdaya.

 Bahan Refleksi

Sebagai bahan refleksi, penting untuk mempertimbangkan beberapa poin berikut:

1.   Kesadaran Diri dan Autentisitas  :

   Individu harus berusaha untuk mengenali dan menerima diri sendiri tanpa harus selalu mencari pengakuan dari orang lain. Menghargai dan mencintai diri sendiri bisa menjadi langkah awal untuk mengurangi ketergantungan pada penilaian eksternal.

2.   Pengelolaan Keuangan yang Bijaksana  :

   Meningkatkan literasi keuangan dan membuat perencanaan keuangan yang realistis sangat penting untuk menghindari jeratan pinjaman online. Memahami prioritas keuangan dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu demi citra sosial bisa membantu mengelola keuangan dengan lebih baik.

3.   Kualitas Hubungan  :

   Membangun hubungan yang sehat dan autentik dengan orang lain, baik dalam konteks pernikahan maupun persahabatan, memerlukan komunikasi yang jujur dan terbuka. Mengurangi ketergantungan pada citra sosial yang sempurna dan lebih fokus pada realitas hubungan dapat mengurangi konflik dan meningkatkan kualitas hubungan.

4.   Kepercayaan pada Institusi dan Spiritualitas  :

   Membangun kembali kepercayaan terhadap institusi dan memperkuat kepercayaan spiritual memerlukan pendekatan yang lebih terbuka dan transparan dari pihak pemerintah dan pemuka agama. Individu juga perlu mencari cara untuk mendalami keyakinan spiritual mereka dan menemukan makna yang lebih dalam dalam kehidupan mereka.

5.   Penggunaan Media Sosial yang Sehat  :

   Mengatur waktu penggunaan media sosial dan mengurangi eksposur terhadap konten yang menimbulkan FOPO dan FOMO dapat membantu individu fokus pada kehidupan nyata mereka. Menggunakan media sosial secara bijak dan sadar dapat membantu mengurangi tekanan sosial yang dirasakan.

Dengan merenungkan poin-poin tersebut, diharapkan individu dan masyarakat dapat menemukan cara-cara yang lebih sehat dan bijaksana untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh FOPO dan FOMO, sehingga dapat hidup dengan lebih damai dan sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun