Mohon tunggu...
David F Silalahi
David F Silalahi Mohon Tunggu... Ilmuwan - ..seorang pembelajar yang haus ilmu..

..berbagi ide dan gagasan melalui tulisan... yuk nulis yuk.. ..yakinlah minimal ada satu orang yang mendapat manfaat dengan membaca tulisan kita..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Sesat Pikir" Menuduh Energi Terbarukan Sebagai Biang Kerok Krisis Energi

14 Oktober 2021   05:55 Diperbarui: 14 Oktober 2021   06:29 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Air mengalir setiap hari. Matahari bersinar. Panas bumi abadi keberadaanya. Tidak perlu kuatir pasokan hari esok, minggu depan, bulan depan, dan seterusnya. Sang Pencipta sudah menyediakan. 

Saat negara lain pusing dengan kenaikan harga batubara, gas, minyak, mereka santai saja. Seakan tidak terjadi apa-apa diluar sana. Istilah gaulnya "gak ngefek bro".

Lalu apa yang salah?

Menurut saya pribadi, krisis energi yang menimpa beberapa negara tersebut lebih diakibatkan terganggu nya pasokan. Kegagalan menyeimbangkan pasokan dan permintaan. Ini kemungkinan disebabkan tidak ada komunikasi antara produsen batubara atau gas dengan pembelinya. Produsen tidak bisa mengantisipasi lonjakan permintaan pasar. Bisa jadi karena geliat pemulihan ekonomi di UK, India, China tidak diantisipasi dalam merencanakan target produksi. 

Jadi jelas tidak ada urusan dengan energi terbarukan. Malahan energi terbarukan mendorong kestabilan harga energi. 

Jika pun 'maksa' agar terkait dengan 'renewable energy', kesalahan terbesar adalah mengapa tidak dibangun lebih cepat dalam kapasitas memadai. Teknologi maupun harga sudah mampu bersaing dengan energi fosil.   

Semoga ulasan ini bermanfaat. *DFS 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun