Selain itu, ada yang protes, guru hanya memberi beban tugas kepada siswa tanpa panduan. Malah orangtua yang kewalahan mengajari anaknya membuat tugas.
Ada juga yang mengeluhkan tidak selalu memiliki uang untuk membeli paket data. Ada pula yang mengeluhkan bahwa belajar online tidak membuat anak mengerti dengan materi pelajaran.Â
Malah menjadi bodoh, malas, tidak disiplin. Ada juga yang mengkhawatirkan kerusakan mata anak karena setiap hari berjam-jam menatap layar ponsel.
Apakah ini salah guru dan sekolah?
Kurang tepat jika menyalahkan sekolah atas situasi ini. Pada prinsipnya sekolah juga menginginkan yang terbaik untuk siswa nya. Demikian juga para guru.Â
Guru pun disaat bersamaan mengalami masalah yang sama. Selain berperan sebagai guru, pun mereka harus berperan sebagai orang tua.Â
Di saat yang sama dia harus mengajar secara online, anak-anak nya pun perlu pendampingan. Ketika situasi normal, sang Guru bisa berangkat ke sekolah, mengajar disana. Anak-anaknya pun belajar di sekolah diajari oleh guru yang lain.Â
Sekarang ini, mereka juga kewalahan. Harus mengajar online, dan juga mengawasi anak sendiri yang juga belajar online. Jika anak cuma satu, mungkin relatif ringan. Bagaimana jika anak tiga. Butuh laptop tiga juga. Belum lagi kuota internetnya harus ditambah. Jadi sebetulnya keluhan orangtua pun dirasakan oleh guru.Â
Untuk itulah memang Pemerintah harus hadir melihat kondisi yang terjadi ini. Sekolah harus dibimbing. Tidak ada yang siap dengan pembelajaran jarak jauh.Â
Kendala-kendala ini perlu dicarikan jalan keluarnya. Guru-guru mungkin perlu dibekali pelatihan bagaimana cara membuat materi ajar yang menarik, interaktif, agar murid tertarik dan tidak mudah bosan.Â