Tertunda masuknya TKA
Kabar yang beredar bahwa sebanyak 500 tenaga kerja asing (TKA) asal China saat ini ditunda kedatangannya. Pekerja asal China ini direncanakan masuk untuk meneruskan pembangunan pabrik baterai di Konawe, Sulawesi Tenggara.
Banyak yang mencibir Pemerintah. Media pun ikut memanas-manasi. Ada yang nada beritanya negatif. Kok tunduk pada tekanan negara China. Kok pakai tenaga kerja asing sih. Ini kan banyak PHK, tenaga lokal dong diberdayakan.Bagaimana kalau mereka membawa virus Covid-19? Kira-kira ini sentilannya.Â
Luhut Panjaitan, selaku Menko Maritim dan Investasi pun pasang badan, mati-matian membela Pemerintah. Pun Luhut didukung dengan masukan dari jajarannya di Kementerian. Bukan orang sembarangan, coba lihat latar belakang pejabat diwebsite Kemenko Maritim dan Investasi. Para doktor, lulusan kampus ternama. Mana mungkinlah kebijakan abal-abal yang dibisikkan ke seorang Menko Marvest Luhut.
Sang purnawirawan Jenderal ini menepis Pemerintah takut pada tekanan China. Para TKA China ini hanya sementara sifatnya, terlibat dalam proyek persiapan industri litium baterai. "Memang industri ini memerlukan orang orang yang paham membangunnya. Tidak serta merta kita siap. Kita nggak siap, kita harus jujur itu. Tapi sekarang ini kita kerjakan. Jadi Juni atau Juli siap kita kerjakan ini nanti tenaga asing yang mengerjakan, biarlah mengerjakan," tandas Luhut.
Mencoba lebih jernih berpikir
Saya kadang terenyuh melihat hujatan-hujatan netizen. Industri kan juga tidak bodoh. Mana mungkin mempekerjakan orang sakit, apalagi membawa virus. Pasti ada protokol kesehatannya.
Entah apa yang merasukimu netizen? Coba bayangkan begini. Ada teman mu, menawarkan investasi join modal membangun rumah di tanahnya. Lalu nanti setelah dijual, untungnya bagi dua. Setelah mencapai sepakat.Â
Mulai lah rumah itu dibangun. Kira-kira butuh orang yang mengerti bangunan rumah yang diperlukan. Lalu mencari orang sekitar lokasi tanah tadi. Tidak ada yang insinyur bangunan. Tukang bangunan saja tidak ada.Â
Hanya ada yang bisa jadi 'kenek tukang'. Bisanya bantu-bantu saja. Angkat pasir, angkat batu, kocok semen. Tidak bisa memimpin proyeknya. Lalu apa kamu lantas tetap pakai kenek tadi?Â