"Budaya Betawi Dikhianati: Saat Penjaga Tradisi Dicuri Haknya oleh Tangan Zalim".
Bunga kenanga bunga melati,
Harumnya semerbak sepanjang hari.
Kami berdiri demi Betawi,
Melawan korupsi sampai mati.
Sebagai jantung budaya Jakarta, Betawi selalu menjadi simbol perjuangan, kehangatan, dan keberagaman. Namun, berita yang mengguncang akhir-akhir ini mengoyak jiwa dan semangat masyarakat Betawi.
Dugaan korupsi yang penulis rangkum yang saat ini terjadi di Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dengan nilai Rp150 miliar adalah tamparan keras bagi para pegiat seni dan masyarakat Betawi yang telah berjuang mati-matian menjaga budaya mereka.
David Darmawan, Ketua Ormas Betawi Bangkit sekaligus Rais Laskar Suku Betawi, menyuarakan kemarahan kolektif masyarakat Betawi. Dengan suara tegas, ia menyatakan, "Ini adalah penghinaan terbesar terhadap budaya kita. Kita telah berjuang di bawah panji kebudayaan, tetapi hak kita diambil dengan cara yang kejam dan licik. Kita tidak akan diam!"
Dalam waktu dan tempat yang berbeda dan susana yang bisa di kondiskan tidak nyaman untuk kita semua, Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Dina Masyusin, dengan penuh emosi mendesak transparansi dari pihak Dinas Kebudayaan (Disbud) Jakarta sehubungan dengan penggeledahan yang dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jakarta. Penggeledahan ini bukan sekadar berita biasa; ini adalah seruan atas dugaan korupsi yang bisa merugikan negara sebesar Rp 150 miliar dalam anggaran tahun 2023.
"Kami DPRD menuntut keterbukaan penuh dari Disbud di tengah situasi genting ini. Kami mendukung penuh langkah Kejati dalam mengusut tuntas kejahatan yang merugikan rakyat ini," tegas Masyusin kepada wartawan, suaranya bergetar dengan semangat juang yang tak terbendung, pada Kamis, 19 Desember 2024.
Sebagai mitra kerja Disbud, Komisi E tidak hanya meminta kerjasama; mereka menuntut komitmen padu dari semua pihak agar keadilan bisa tegak. Status hukum kasus ini telah meningkat ke tahap penyidikan, dan ketegangan semakin terasa saat satu atau lebih individu mungkin akan ditetapkan sebagai tersangka.
Masyusin mengingatkan bahwa Inspektorat Pemprov DKI memiliki peran vital dalam menggali lebih dalam kasus ini. Temuan awal menunjukkan adanya ketidaksesuaian yang tidak hanya berpotensi merugikan tetapi juga menghancurkan harapan masyarakat terhadap organisasi pemerintah.
"Berdasarkan informasi yang kami terima, Inspektorat kini tengah menghitung kerugian dari anggaran 2023. Kami ingin agar kasus ini segera terungkap! Kami tidak ingin lagi mendengar cerita miris seperti ini yang mencoreng nama baik organisasi perangkat daerah," ujarnya dengan mata berbinar, penuh harapan dan ketegasan.
Di sisi lain, Masyusin mengungkapkan rasa terima kasih kepada Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, yang menunjukkan ketegasan dengan segera menonaktifkan Kadisbud, Iwan Henry Wardhana, demi kelancaran proses pemeriksaan. Tindakan itu menunjukkan bahwa kepemimpinan yang peka terhadap masalah rakyat sangatlah diperlukan.
Dia meminta kepada Iwan agar bersikap kooperatif, membuka diri, dan memberikan keterangan jujur kepada penyidik. "Langkah Pj Gubernur adalah cerminan kepekaan seorang pemimpin. Saat anak buahnya tersangkut masalah hukum, harus ada langkah cepat dan tepat," tegas Masyusin dengan keyakinan yang mendalam.
Sebelumnya, Kejati DKI melakukan penggeledahan di lima lokasi, termasuk Kantor Dinas Kebudayaan Provinsi DKI, dan beberapa alamat lainnya di Jakarta. Tindakan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah upaya serius untuk memerangi dugaan penyimpangan yang berpotensi menyebabkan kerugian melebihi Rp 150 miliar.
Kini, kasus ini telah resmi dinaikkan ke tahap penyidikan berdasarkan surat perintah nomor PRINT- 5071/M.1 /Fd.1/12/2024 pada 17 Desember 2024, dan audit kerugian sedang dalam proses diminta kepada BPKP/BPK. Masyusin dan Komisi E tetap berdiri di garis depan, bertekad untuk memastikan bahwa kebenaran akan terungkap, dan keadilan bagi rakyat akan ditegakkan.
Korupsi: Luka di Tubuh Budaya
Kasus yang diusut Kejaksaan Tinggi Jakarta ini telah membuka borok yang lama tersembunyi. Penggeledahan di lima lokasi, termasuk kantor Dinas Kebudayaan dan rumah-rumah pejabat terkait, mengungkap bukti-bukti mengejutkan:
* Ratusan stempel palsu untuk menciptakan dokumen fiktif.
* Laptop, flashdisk, dan dokumen keuangan yang menunjukkan aliran dana yang tidak jelas.
* Lonjakan harta kekayaan Kepala Dinas Kebudayaan hingga Rp3,8 miliar dalam setahun.
Masyarakat Betawi pun bertanya: Bagaimana mungkin warisan leluhur mereka dikorbankan demi kerakusan segelintir orang? "Ini bukan hanya soal uang," tegas David. "Ini soal harga diri, martabat, dan masa depan budaya kita."
Kebudayaan yang Terabaikan
Ironi yang menyakitkan adalah bagaimana program-program yang seharusnya memajukan seni budaya Betawi justru menjadi alat untuk memperkaya oknum:
* Dana Hibah Kebudayaan: Sebanyak 70% anggaran tidak sampai ke tangan pegiat seni.
* Festival Budaya Betawi 2023: Banyak sanggar melaporkan tidak menerima dana meskipun terdaftar sebagai peserta.
Sementara itu, 80% pegiat seni Betawi hidup di bawah garis kemiskinan. "Kita bekerja keras untuk melestarikan budaya, tetapi hak kita dirampas," ujar salah satu pimpinan sanggar dengan air mata.
Menyikapi dengan Tegas
David Darmawan, bersama tokoh masyarakat seperti Jalih Pitoeng dari FORMASI, menyerukan solidaritas masyarakat Betawi untuk mengawal kasus ini hingga tuntas. Jalih dengan dialek khas Betawinya berkata, "Ini tugas kita buat kawal sampe bener-bener terang benderang. Jangan kasih kendor!
Langkah yang diusulkan meliputi:
1. Transparansi Total:
* Anggaran kebudayaan harus dapat diakses publik.
* Komunitas seni dilibatkan langsung dalam pengawasan penggunaan dana.
2. Penegakan Hukum:
* Segera tetapkan tersangka dan rampas aset hasil korupsi.
* Berikan hukuman berat agar menimbulkan efek jera.
3. Pemberdayaan Masyarakat:
* Subsidi langsung untuk pegiat seni.
* Program pelatihan manajemen keuangan dan advokasi hukum bagi komunitas seni.
Pengingat dari Hadits Nabi
Sabda Nabi Muhammad SAW:
"Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya." (HR. Bukhari)
Hadits ini menjadi pengingat keras bahwa tanggung jawab besar, seperti menjaga kebudayaan, harus diberikan kepada mereka yang amanah dan kompeten.
Pantun Penutup
Bunga melati bunga seroja,
Tumbuh indah di taman asri.
Budaya Betawi harus dijaga,
Jangan sampai dikhianati lagi.
"Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk memastikan budaya Betawi tidak lagi menjadi korban kerakusan. Kita jaga dengan transparansi, kejujuran, dan ketegasan." Di serukan oleh bang David di Jakarta pada hari Jumat, tanggal 20 Desember 2024 - 18 Jumadil Akhir 1446 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H