Mari kita gunakan Hari Kebangkitan Nasional ini sebagai titik tolak untuk memperbaharui komitmen kita kepada keberagaman budaya, memastikan bahwa kebangkitan Indonesia akan menjadi kebangkitan yang inklusif dan berkelanjutan, di mana setiap suku dan budaya memiliki peran dalam narasi nasional kita.
Pada peringatan kebangkitan nasional tahun ini, kita berdiri di persimpangan jalan sejarah dan modernitas, di mana setiap langkah yang kita ambil tidak hanya mencerminkan masa lalu, tapi juga menentukan masa depan.
Indonesia, negeri yang kaya akan budaya dan kearifan lokal, menghadapi paradoks modern: bagaimana kita dapat maju tanpa mengorbankan esensi diri kita?
Kita adalah bangsa yang terpatri pada keindahan dan keunikan budaya yang beraneka ragam.
Namun, di era digital yang tak kenal batas ini, seringkali kita menemukan identitas kebangsaan kita terpinggirkan, diinjak-injak oleh kepentingan dan praktik yang mengabaikan kearifan lokal yang seharusnya menjadi fondasi kebangkitan kita.
Negara, yang seharusnya menjadi pelindung dan pengayom, terkadang terlihat berbisnis dengan rakyatnya sendiri, menjadikan kekayaan negeri ini sebagai komoditas daripada warisan yang harus dihargai dan dilestarikan.
Korupsi, kolusi, dan nepotisme seringkali menodai harapan-harapan kita untuk kebangkitan yang lebih berarti.
Namun, di tengah keputusasaan ini, kita harus mengingat bahwa kebangkitan sejati bermula dari dalam diri kita sendiri dan komunitas kita.
Kita tidak harus menjadi orang jahat untuk sukses; kita bisa bangkit dengan menjunjung tinggi nilai dan kearifan yang telah diwariskan turun-temurun.
Kebangkitan nasional kita haruslah sebuah renungan untuk kembali ke akar budaya kita, memperkuat identitas kebangsaan, dan memastikan bahwa setiap langkah yang kita ambil adalah refleksi dari nilai-nilai tersebut.
Hari ini, marilah kita bangkit dan maju, bukan dengan menginjak orang lain, tapi dengan mengangkat mereka bersama kita melalui penghormatan dan pemajuan kearifan lokal yang membedakan kita sebagai bangsa.