**Hari Kebangkitan Nasional: Bersatu Menjaga Kearifan Lokal demi Indonesia Emas 2045**
Begitulah sederhananya tema yang ingin saya angkat dan sadur dari tema resmi pemerintah untuk peringatan Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS) tahun ini. Di tengah kehangatan kebersamaan, mari kita bersama-sama merajut kembali ikatan persaudaraan dan memperkuat tekad menuju Indonesia Emas 2045.
Hari Kebangkitan Nasional 2024 adalah momen yang istimewa, memperingati 116 tahun semangat kebangkitan yang akan jatuh pada Senin, 20 Mei 2024. Meskipun menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, hari ini tidak ditetapkan sebagai hari libur, namun semangat kebangkitan semakin dan lebih hidup di hati kita.
**Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024**
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengeluarkan pedoman peringatan HARKITNAS 2024, termasuk merilis logo dan tema resmi. Mengusung tema "Bangkit Untuk Indonesia Emas," kita diingatkan kembali akan nilai-nilai semangat dan kekuatan untuk bangkit menuju Indonesia yang lebih gemilang.
Kelahiran organisasi Budi Utomo menjadi simbol Hari Kebangkitan Nasional. Pada masanya, dr. Sutomo beserta para pelajar STOVIA ( School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) mendirikan perhimpunan Budi Utomo untuk mengejar ketertinggalan bangsa. Semangat ini yang kita warisi dan lanjutkan. Masyarakat pribumi pada masa itu berkesempatan mendapatkan akses pendidikan yang memegang peranan penting dalam perjuangan rakyat Indonesia. Perlawanan yang awalnya hanya mengandalkan fisik atau kekerasan, lambat laun berubah menuju perlawanan secara intelektual.
Dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-116 ini, kita dihadapkan pada situasi pasca pesta demokrasi yang menguras energi dan emosi sebagian besar masyarakat kita. Proses demokrasi tersebut memang menguji kekuatan persaudaraan kita sebagai anak bangsa. Ketidakdewasaan berdemokrasi seringkali memicu fitnah, kabar bohong, dan kebencian, yang merusak sendi-sendi vital persatuan.
Namun, inilah saatnya kita bangkit bersama. Selama 116 tahun, Indonesia telah berjuang untuk membina persatuan dan menghormati kemajemukan. Di tengah keberagaman bahasa, suku, agama, dan kebudayaan, serta bentang geografis yang ekstrem, kita mampu menjaga persatuan.
Oleh karena itu, mari kita bangkit dan bersatu dari kerenggangan perbedaan. Pikirkanlah masa depan anak cucu kita, bangkit menuju Indonesia Emas. Dengan harapan dan semangat tersebut, sangat relevan apabila peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-116 ini disematkan tema 'BANGKIT UNTUK INDONESIA EMAS'.
Mari kita bersama-sama, sebagai satu keluarga besar Indonesia, menjaga kearifan lokal dan merajut persatuan demi masa depan gemilang. Bersama, kita bisa mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Pada Hari Kebangkitan Nasional, kita dipanggil untuk merenungkan kembali komitmen kita terhadap warisan dan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
Tahun ini, refleksi tersebut mendapat nuansa khusus dengan fokus pada kearifan lokal yang ada di tangan negara---sebuah simbol penghargaan terhadap keberagaman yang menjadi dasar dari cita-cita Indonesia Emas 2045.
Kearifan lokal, terutama budaya Betawi sebagai budaya inti dari Jakarta, berada di bawah sorotan khusus pasca-pengesahan UU DKJ 2024.
Undang-undang ini, yang dimaksudkan untuk memberikan otoritas lebih besar kepada Jakarta dalam mengelola kekayaan budayanya, sejatinya membuka peluang baru bagi pelestarian dan promosi budaya Betawi yang telah lama terpinggirkan.
Namun, peluang ini juga membawa tantangan.
Data terbaru menunjukkan penurunan drastis dalam partisipasi generasi muda dalam praktik budaya Betawi, dari bahasa hingga seni tradisional. Pemerintah telah berjanji untuk mengalokasikan dana dan sumber daya yang signifikan untuk revitalisasi budaya ini, tetapi apakah janji tersebut cukup untuk mengembalikan semangat kebudayaan di kalangan muda?
Hari ini, di Hari Kebangkitan Nasional, kita harus bertanya pada diri sendiri: Bagaimana kita, sebagai bangsa, dapat memastikan bahwa kearifan lokal tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang?
Jawabannya mungkin terletak pada upaya bersama---kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, pendidik, dan masyarakat luas. Kebijakan seperti UU DKJ harus didukung dengan implementasi yang kuat dan transparan.
Program-program pendidikan budaya di sekolah-sekolah harus diperkaya dan dibuat lebih menarik untuk menarik minat anak-anak muda.
Festival dan acara yang mempromosikan budaya Betawi perlu lebih dari sekadar perayaan tahunan; mereka harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga Jakarta.
Ketika kita melangkah menuju visi Indonesia Emas 2045, keberhasilan kita tidak hanya diukur dari kemajuan teknologi atau pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari bagaimana kita menghargai dan memelihara kekayaan budaya yang membuat Indonesia unik.
Mari kita gunakan Hari Kebangkitan Nasional ini sebagai titik tolak untuk memperbaharui komitmen kita kepada keberagaman budaya, memastikan bahwa kebangkitan Indonesia akan menjadi kebangkitan yang inklusif dan berkelanjutan, di mana setiap suku dan budaya memiliki peran dalam narasi nasional kita.
Pada peringatan kebangkitan nasional tahun ini, kita berdiri di persimpangan jalan sejarah dan modernitas, di mana setiap langkah yang kita ambil tidak hanya mencerminkan masa lalu, tapi juga menentukan masa depan.
Indonesia, negeri yang kaya akan budaya dan kearifan lokal, menghadapi paradoks modern: bagaimana kita dapat maju tanpa mengorbankan esensi diri kita?
Kita adalah bangsa yang terpatri pada keindahan dan keunikan budaya yang beraneka ragam.
Namun, di era digital yang tak kenal batas ini, seringkali kita menemukan identitas kebangsaan kita terpinggirkan, diinjak-injak oleh kepentingan dan praktik yang mengabaikan kearifan lokal yang seharusnya menjadi fondasi kebangkitan kita.
Negara, yang seharusnya menjadi pelindung dan pengayom, terkadang terlihat berbisnis dengan rakyatnya sendiri, menjadikan kekayaan negeri ini sebagai komoditas daripada warisan yang harus dihargai dan dilestarikan.
Korupsi, kolusi, dan nepotisme seringkali menodai harapan-harapan kita untuk kebangkitan yang lebih berarti.
Namun, di tengah keputusasaan ini, kita harus mengingat bahwa kebangkitan sejati bermula dari dalam diri kita sendiri dan komunitas kita.
Kita tidak harus menjadi orang jahat untuk sukses; kita bisa bangkit dengan menjunjung tinggi nilai dan kearifan yang telah diwariskan turun-temurun.
Kebangkitan nasional kita haruslah sebuah renungan untuk kembali ke akar budaya kita, memperkuat identitas kebangsaan, dan memastikan bahwa setiap langkah yang kita ambil adalah refleksi dari nilai-nilai tersebut.
Hari ini, marilah kita bangkit dan maju, bukan dengan menginjak orang lain, tapi dengan mengangkat mereka bersama kita melalui penghormatan dan pemajuan kearifan lokal yang membedakan kita sebagai bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H