Mohon tunggu...
DAVID CHANDRA
DAVID CHANDRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Mercubuana

Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak NIM 55521110001 David Chandra Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Mercubuana

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB2_ Semiotika Kajian Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (Trans_substansi Charles Sanders Peirce)

25 Mei 2022   01:25 Diperbarui: 25 Mei 2022   01:39 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Model tanda versi de Saussure, sumber: dokpri

b. Semiotik Pragmatis dari Charles Sanders Peirce

Charles Sanders Peirce (1839-1914) merupakan tokoh semiotika dari Amerika serikat. Charles Sanders Peirce lahir pada tanggal 10 September 1839 di Cambridge, Massachusetts, dan meninggal pada tanggal 19 April 1914 di Milford, Pennsylvania.

Konsep semiotik Peirce ialah tanda berkaitan erat dengan logika. Logika digunakan manusia untuk bernalar melalui tanda-tanda yang muncul disekitarnya. Peirce membagi tanda atas 3 hal untuk memberikan makna pada suatu objek yaitu:

  • Ikon adalah gambaran visual yang memiliki kemiripan antara bentuk tanda dan objek yang ditunjukkan. Misal ikon kota Surabaya yang berbentuk patung sura (ikan jenis hiu) dan patung baya (buaya).
  • Indeks adalah tanda yang menunjukkan atau mengisyaratkan suatu objek tertentu. Hubungan dari tanda dan pertanda bersifat sebab akibat dan mengacu pada fakta yang ada. Misal asap dan api. Asap tidak ada jika tidak ada api. Dan sebaliknya api akan menyebabkan timbulnya asap.
  • Simbol adalah tanda yang menunjukkan pada hubungan tanda dan petanda yang alamiah. Simbol langsung merujuk pada objek yang dibicarakan yang sudah melewati pemahaman yang ada di masyarakat (konvensi). Misal bendera merah putih yang merupakan simbol dari negara Indonesia.

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri

Bagi Charles Sanders Peirce, tanda dan pemaknaan bukanlah sturktur melainkan proses kognisi yang disebutnya semiosis. Jadi semiosis merupakan proses pemaknaan dan penafsiran tanda. Bila dikaji lebih dalam, proses semiosis merupakan proses ketika sebuah tanda berfungsi sebagai sebuah tanda yang mewakili yang ditandainya. Semiosis sebenarnya yang menjadi pusat kajian dari semiotika bukan hanya tanda saja. Menurut Peirce proses semiosis adalah proses triadic karena mencakup. Tahap pertama adalah aspek representamen tanda (melalui panca indera). Tahap kedua adalah mengkaitkan secara spontan representamen dengan pengalaman dalam kongnisi manusia yang memaknai representamen tersebut (disebut dengan obyek). Tahap ketiga yaitu menafsirkan obyek sesuai dengan keinginan si penafsir (disebut interpretant). Cara pemaknaan tanda melalui kaitan antara representamen dengan obyek didasari pemikiran bahwa obyek tidak selalu sama dengan realita yang diberikan oleh representamen. Obyek timbul karena pengalaman dalam memberikan makna.

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri

c. Semiologi dan Mitologi Roland Barthes

Dapat dikatakan bahwa pemikiran Roland Barthes merupakan penerus dari pemikiran Ferdinand De Saussure. Hal ini dibuktikan dari teori semiotika Barthes yang secara harfiah diturunkan dari teori bahasa menurut de Saussure. Menurut Barthes, pengertian semiologi yaitu mempelajari tentang bagiamana manusia memaknai atau memberikan pengertian pada sesuatu yang ada di sekitarnya. Objek adalah tanda yang memberikan pesan tersirat. Jika dalam pandangan Saussure menekankan penandaan hanya dalam tataran denotasi dan konotasi. Tetapi dalam pemikiran Barthes, penandaan itu disempurnakan dari semiologi de Saussure menggunakan sistem penandaan konotatif dan mitos

Roland Barthes mempunyai pandangan yang bertolak belakang dengan de Saussure mengenai linguistik sebagai bagian dari semiotika. Menurutnya barthes, semiotika merupakan bagian dari linguistik karena tanda-tanda dalam bidang lain tersebut dapat dipandang sebagai bahasa yang mengungkapkan gagasan sehingga menjadi bermakna. Tanda unsur yang terbentuk dari penanda-petanda, dan terdapat di dalam sebuah struktur.

Di dalam semiologi Barthes, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasi dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Barthes mengatakan bahwa makna "harfiah" merupakan sesuatu yang bersifat alami yang dikenal dengan teori signifikasi. Teori ini berlandaskan pada teori tentang tanda yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, hanya saja dilakukan perluasan makna dengan adanya pemaknaan yang berlangsung dalam dua tahap, sebagaimana tampak dalam gambar berikut ini.

Semiologi versi barthes, sumber: google
Semiologi versi barthes, sumber: google

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun