Karena belum seluruh debitur pensiunan BRI yang di Pos berpindah kantor bayar ke BRI maka BRI masih perlu kerja keras untuk menagih angsuran kredit pensiunan bagi nasabah yang gaji pensiunnya tertinggal atau masih dibayarkan di Pos.
Pindahnya pensiunan ex Pos ke BRI menyebabkan Bank Mandiri dan juga beberapa bank lainnya menjadi kalangkabut karena sebagian pensiunan Pos yang kreditnya baru saja ditakeover bulan Maret lalu, gaji pensiunnya pindah ke BRI. Jika gaji pensiunnya ada di BRI, bagaimana PT Pos memotongkan untuk Bnak Mandiri, BTPN dan lain-lainnya? PT Pos bisa-bisa juga ikut manyun karena tidak jadi mendapat fee dari Bank Mandiri sebesar yang diperkirakannya. Fee angsuran kredit bisanya dihitung secara prosentase tertentu dari jumlah setoran (Pokok + Bunga).
Gajah berkelahi dengan gajah, pelanduk sengsara di tengah-tengah.
Peribahasa tersebut mungkin agak cocok untuk menggambarkan kondisi BRI, Mandiri dan PT Pos serta Pensiunan.
- Seandainya Mandiri tidak tergoda untuk terjun melayani kredit pensiunan tentu PT Pos tidak tergoda untuk bercerai dengan BRI. PT Pos tergoda untuk bercerai dengan BRI karena berharap fee yang lebih besar dari Mandiri.
- Jika PT Pos tidak bercerai dengan BRI maka tentu BRI tidak akan mengakuisisi nasabah pensiunannya yang ada di Pos secara besar-besaran dan habis-habisan.Kasihan juga PT Pos, fee dari BRI hilang tapi tidak jadi mendapatkan fee dari Mandiri.
- Jika BRI tidak mati-matian mempertahankan nasabahnya maka para pensiunan tentu tidak akan merasa terganggu ditarik kesana kemari.
- Jika pensiunan tidak sexy maka Mandiri tentu tidak tertarik untuk ikut terjun ke segmen kredit pensiun.
- Pensiunan kita sexy bagi bank karena masih membutuhkan kredit walaupun sudah pensiun.
- Sudah pensiun namun masih memerlukan kredit tentu karena belum sejahtera.
- Pensiunan kita belum sejahtera karena...... (silakan pembaca yang teruskan).
Selanjutnya, dengan berbagai keterbatasan yang ada pada diri saya, perkenankan saya memberi saran sebagai berikut:
(1)Bank Mandiri, BRI dan Posindo sebagai sesama BUMN sebaiknya saling bersinergi, tidak saling ganggu. Kembali lah ke core bisnis nya masing-masing, tidak perlu tergoda rumput tetangga yang lebih hijau.BRI sejak lahirnya dulu memang sudah mengkhusukan diri kepada kredit mikro, termasuk kepada para pangreh praja / pegawai negeri. Bank Mandiri tentu core bisnisnya semula bukan di segmen kredit mikro atau pensiunan.Tidak keliru bila Bank Mandiri mencoba segmen bisnis baru, namun tentu kurang etis bila mengganggu saudara sendiri yang sama-sama BUMN. Bank Mandiri dan BRI sebaiknya bahu-membahu menghajar Bank Asing atau Bank Nasional yang dimiliki oleh Asing yang makin banyak saja beroperasi di Indonesia.
(2)Posindo sebaiknya tidak tergoda untuk mendapatkan fee yang berlebihan, karena semakin besar fee yang dipungut tentu akan dibebankan oleh bank pemberi kredit kepada debitur pensiunan. Kasihan pensiunan yang harus menanggung beban bunga besar.
(3)Dengan pekerja yang militan dan luar biasa banyaknya serta didukung infrastruktur yang kuat, saya prediksi BRI akan memenangkan persaingan. Kasus ini merupakan contoh menarik bagaimana ancaman yang diterima BRI dikelola menjadi tantangan. Jika memperhatikan tekad BRI sejak 2011 yang lalu untuk menjadi sebagai The biggest national payment bank¸ dapat dipastikan BRI tidak akan tanggung-tanggung mengakuisisi pensiunan di Pos. Jangan-jangan peran PT Pos sebagai pembayar pensiunan sebentar lagi hanya tinggal kenangan.Jika ini benar terjadi semoga BRI tidak menjadi jumawa namun tetap low profile denganbersedia bertindak sebagai pemotong angsuran pinjaman bagi bank / lembaga keuangan lainnya yang juga memberikan fasilitas pinjaman pensiun.
(4)Semoga pemerintah kita akan dapat meningkatkan kesejahteraan para PNS, anggota TNI dan Polri sehingga saat memasuki usia pensiun mereka sudah tidak perlu lagi berhutang.
Demikian, bila ada kalimat yang kurang berkenan bagi para Kompasianer, mohon dapat dimaafkan, bila ada informasi yang keliru, mohon dapat dikoreksi.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H