Yang saya maksud sexy dari judul di atas adalah dilihat bukan dari sisi biologis, namun dari sisi minat bank menggarap bisnis penyaluran dana (pinjaman / kredit) terhadap para pensiunan.Bank sangat berminat menggarap segmen pensiunan karena Selain tingkat kolektibilitas yang sangat baik, Jumlah pensiunan diprediksi akan bertambah secara signifikan akibat babyboomer pada tahun 1960-1970. Telah dapat diprediksi bahwa pasar pensiunan akan meningkat drastis beberapa tahun ke depan, bahkan pada tahun 2015 akan terjadi ledakan jumlah pensiun.Silakan pembaca googling dengan tag “ledakan pensiun” maka akan banyak artikel yang melaporkan hal ini.
Tingkat kolektibilitas yang sangat baik dapat diperoleh jika bank menguasai cashflow para pensiunan, dengan demikian maka para penyalur pensiunan yaitu Taspen dan Asabri juga semakin sexy menarik minat berbagai bank beramai-ramai melamar untuk ditunjuk sebagai Mitra / Kantor Bayar Pensiunan.Keuntungan atau manfaat ditunjuk sebagai Mitra / Kantor Bayar adalah:
(1)Bagi PT Pos akan mendapatkan fee penyaluran dari Taspen dan Asabri serta fee pemotongan angsuran pinjaman dari Bank / Koperasi yang bekerjasama dengan PT Pos.
(2)Bagi bank yang ditunjuk sebagai Kantor Bayar maka akan mendapat keuntungan dari penguasaan cashflow untuk bisnis pinjamannya (tingkat kolektibilitas akan baik) dan sedikit pengendapan dana.
Saat ini pemain utama kredit pensiun adalah Bank BRI. Ada juga Bank BTPN serta beberapa bank lainnya dalam porsi yang lebih kecil.Bank BRI dan Bank BTPN serta beberapa bank lainnya menyalurkan kredit pensiun tidak hanya bagi pensiunan yang gaji pensiunnya dibayarkan di banknya masing-masing namun juga terhadap pensiunan yang menerima gaji pensiunnya di PT Pos.
Selain tingkat kolektibilitas yang baik dan pasar pensiunan yang akan booming beberapa tahun ke depan, ekspansi kredit pensiunan juga akan mendorong tumbuhnya Asuransi Jiwa Kredit Pensiunan yang biasanya merupakan anak perusahaan bank penyalur kredit pensiunan.
Dari jumlah pensiunan, tentu dapat diketahui bahwa pensiunan yang dikelola Taspen jauh lebih banyak dibandingkan yang dikelola Asabri karena Taspen mengelola seluruh pensiunan PNS, kecuali PNS dilingkungan TNI/Polri & KemenHankam yang merupakan porsi dari Asabri.
Kinerja yang sangat baik dari bisnis kredit pensiunan ini ternyata menarik minat Bank terbesar di negeri ini, yaitu Bank Mandiri untuk ikut terjun memberikan kredit pensiunan.Sayangnya, Bank Mandiri tidak ada kerjasama dengan Taspen, padahal Taspen adalah pengelola pensiun yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan Asabri.Untuk saat ini Bank Mandiri tampaknya akan sulit untuk menjalin kerjasama dengan Taspen.Silakan pembaca googling dengan tag “Mandiri Taspen” maka pembaca akan dapat mengetahui apa sebabnya.
Cara cerdik yang dilakukan Bank Mandiri adalah bekerjasama dengan PT Pos. Cerdik dan licik bedanya memang tipis.Bank Mandiri memberikan fee kepada PT Pos dalam jumlah yang lebih besar dari yang diberikan BRI kepada PT Pos, bahkan Bank Mandiri juga memberikan fee kepada pegawai PT Pos atas perannya sebagai perekomendasi atas penyaluran kredit pensiun.Tidak heran jika pekerja PT Pos juga bersemangat untuk membantu kegiatan pemasaran kredit pensiunannya Bnak Mandiri.
Selanjutnya PT Pos menghentikan kerjasama dengan BRI dan terhitung 1 Maret 2012 tidak memotongkan angsuran pinjaman untuk pensiun di Pos yang mendapatkan kredit dari BRI. Meskipun di Perjanjian Kerjasama antara Pos dan BRI, PT Pos menyatakan sanggup memotong angsuran sampai dengan kredit tersebut lunas meskipun PKS berakhir, PT Pos ternyata tidak melaksanakannya. PT Pos benar-benar menghentikan pemotongan angsuran sama sekali per 1 Maret 2012.Bahkan secara korporat dengan tegas melarang pekerja BRI memasuki areal properti PT Pos.Sangat jelas skenarionya, bermaksud membuat kredit pensiunan BRI akan menunggak, sementara itu pemasar Bank Mandiri dibantu para pegawai Pos (karena akan mendapat insentif) dengan aktif menawarkan take-over kredit pensiunannya dari BRI ke Mandiri.
Tentu saja sikap PT Pos tersebut segera diantisipasi oleh BRI sehingga di lapangan, di beberapa tempat timbul beberapa gesekan antara pekerja BRI dan pekerja PT Pos, bahkan ada yang sampai dilanjutkan dengan laporan ke aparat hukum. Silakan pembaca googling dengan tag “BRI pensiunan” maka akan cukup memberi gambaran betapa sengitnya upaya BRI mempertahankan nasabahnya.
Upaya BRI mempertahankan nasabahnya dilakukan dengan berbagai cara, namun ada sebagian yang kebablasan, yaitu ada beberapa Kantor Cabang yang menerapkan biaya pinalti atas pelunasan maju yang sangat tinggi, semata-mata agar nasabahnya tidak berpindah.Nasabah melakukan pelunasan maju karena di takeover oleh Bank Mandiri.Upaya mempertahankan nasabah dengan mengenakan pinalti yang tinggi untuk pelunasan maju ini menimbulkan kecaman dibeberapa media massa, sehingga merugikan BRI sendiri.
Gesekan-gesekan di lapangan yang timbul pada pembayaran pensiun di bulan Maret 2012 yang lalu ternyata tidak terjadi lagi pada pembayaran pensiun di bulan April ini.Rupanya pekerja BRI yang jumlahnya terbanyak dibanding bank lain telah melakukan door to door terhadap para pensiunan yang memiliki kredit di BRI untuk memindahkan kantor bayarnya dari PT Pos ke BRI.Di level puncak, pasti ada juga pendekatan dengan Taspen, sehingga perpindahan dapat terlaksana dalam jumlah yang sekaligus banyak, tidak seperti biasanya.Meski belum semuanya, sudah tampak jumlah yang cukup signifikan pensiunan berpindah kantor bayar dari Pos ke BRI per April 2012.